Sabah – Tiga nelayan Indonesia diculik oleh kelompok bersenjata yang diduga berasal dari kelompok teroris Filipina di perairan Semporna, sebuah kota di negara bagian Sabah, Malaysia Timur, Selasa (11/9).
Ketiga nelayan itu diculik sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat, saat ketiganya dan satu orang lain sedang melabuhkan kapal penangkap ikan mereka di dermaga Pulau Gaya, pulau kecil di Sabah, Malaysia Timur.
Orang keempat yang berhasil melarikan diri dari penculikan itu, segera melapor ke kepolisian setempat. Ia mengaku melihat sekilas penampakan para penculik, serta mendengar sedikit percakapan ketika bersembunyi di lokasi penculikan.
“Ia bersembunyi di sebuah kompartemen di depan perahunya,” ujar kepala polisi Sabah, Omar Mammah.
Pelaku bersenjata itu terdengar berbicara dalam dialek Suluk, sebuah dialek yang digunakan di Provinsi Sulu, Filipina. Namun identitas para korban dan penculik belum dapat diidentifikasi.
Belum ada permintaan tebusan yang berkaitan dengan insiden itu. Namun pemeriksaan awal menunjukkan bahwa penculik bertopeng tersebut dilaporkan membawa senapan M-16.
“Sejauh ini kami belum menerima kontak dari pihak manapun yang mengaku bertanggung jawab atas penculikan itu,” kata Omar sebagaimana disitat Channel News Asia, Rabu (12/9).
Sebuah aturan jam malam laut di Sabah telah diberlakukan sejak empat tahun lalu dan mencakup hingga tiga mil laut dari Tawau, Semporna, Kunak, Lahad Datu, Kinabatangan, Sandakan dan Beluran.
Para nelayan diimbau untuk dapat lebih berjaga-jaga, saat menangkap ikan pada jam malam yang berlaku mulai pukul 06.00 sore hingga 06.00 pagi.
Penculikan ini menjadi kasus pertama yang terjadi di Sabah selama dua tahun belakangan. Pada 8 Desember 2016, serangkaian penculikan oleh tujuh orang bersenjata terjadi di perairan Lahad Datu dan Semporna.
Daerah tersebut memiliki sejarah insiden penculikan. Mayoritaspelakunya adalah kelompok teroris pimpinan Abu Sayyaf yang bermarkas di sekitar kepulauan selatan Filipina yaitu Jolo, Basilan, dan Mindanao.