Lhokseumawe – Masih ingatkah dengan tiga mantan teroris asal Aceh ini? Mereka adalah Tengku Mukhtar alias Faruqy asal Lhoksumawe dan Taufik Marzuki, alias Abu Sayyaf alias Alek alias Nurdin serta Andri Marlan Saputra, alias Tengku Ahmad asal Aceh Utara. Ketiganya pernah terlibat kasus teroris yaitu pelatihan militer di pegunungan Jantho, Kabupaten Aceh Besar, tahun 2010.
Untuk Tengku Mukhtar alias Faruqy asal Lhoksumawe, selain terlibat pelatihan militer juga pernah terekam jejak kasus teror sebagai pelaku penembakan Ketua PMI Jerman di Banda Aceh tahun 2009. Kemudian pelemparan granat di kantor UNICEF Banda Aceh tahun 2009 dan kasus penembakan rumah dua dosen Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) warga Amerika Serikat di Banda Aceh tahun 2009.
Kini mereka bertiga telah bebas dari tahanan dan sedang menekuni usaha sebagai nelayan dan petani. Tengku Mukhtar alias Faruqy dan Taufik Marzuki, alias Abu Sayyaf alias Alek alias Nurdin sedang menekuni di bidang pertanian dengan mengembangkan pepaya California dan tanaman porang.
Sedangkan Andri Marlan Saputra, alias Tengku Ahmad, menjadi nelayan di Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara.
“Jadi saya tanami pepaya california ini saya melihat prospek sangat menguntungkan,” kata Taufik mewakili teman temanya dikutip dari laman Serambinews.com. Saat ini pohon pepaya tersebut sudah berumur satu tahun setengah.
Untuk penanaman pepaya california sangat baik dan sangat menggiurkan. Sejauh ini pemasaran buah pepaya California sangat bagus harga penjualannya baik di Aceh maupun di luar Aceh. Dari tahun 2015 sampai sekarang mereka sudah kembangkan sendiri.
“Sementara untuk bibit kita datangkan dari IPB Bogor. Alhamdulillah sebelumnya kita sudah dibekali pelatihan ilmu untuk bertani ketika masih berada di tahanan, jadi mudah-mudahan sedikit kita cari tahu untuk bisa membuka lahan ini,” jelasnya.
Taufik menuturkan sangat membutuhkan perhatian dari pemerintah baik Pemerintah Aceh ataupun khususnya pemerintah daerah sendiri. Selama ini, mereka banyak membutuhkan alat pertanian maupun lainya, namun sampai saat ini belum ada sentuhan apa pun dari Dinas Pertanian.
“Belum ada yang datang ke sini untuk menanyakan apa sih keperluannya. Tapi Alhamdulillah kita sekarang ya beginilah suasananya. Misalnya kita butuh traktor tidak ada, ya terpaksa kita cangkul sendiri,” sebutnya.
Bahkan, niat untuk menjumpai Bupati Aceh Utara pernah ada, namun belum pernah bisa bertemu.
“Sama Wakil Bupati Aceh Utara sudah pernah bertemu, namun belum juga mendapat respons yang positif,” ungkapnya.
Untuk saat ini ketiga mantan napiter itu baru mendapat dukungan dari Kodim 0103 Aceh Utara, di situlah tempat mereka keluh kesah.
“Kita baru dapat dukungan dari Kodim, pihak Kodim selama ini sering mendampingi dan membantu keperluan kami di kebun pepaya. Harapannya bagaimana kepala Dinas Pertanian bisa melihat dan memberi dukungan penuh untuk bisa membuka lahan lebih luas lagi,” pungkasnya.