Afghanistan–Masyarakat Pakistan, terutama para pewarta berita dikejutkan dengan munculnya ancaman pembunuhan terhadap para jurnalis yang tidak pro terhadap kelompok teroris ISIS. Ancaman tersebut pertama kali dikeluarkan kelompok ISIS melalui sebuah program radio bertajuk “Voice of Khilafah” pada Desember 2015 lalu. Pada saat itu sang penyiar menyatakan akan membunuh setiap wartawan yang masih menolak bergabung dengan ISIS, termasuk mereka yang terus-terusan memberitakan kekejaman ISIS.
Namun hal yang membuat para wartawan di Afghanistan semakin terkejut adalah fakta bahwa mereka mengenali betul suara orang yang mengeluarkan ancaman tersebut. Mereka yakin orang yang melakukan siaran berisi ancaman tersebut adalah teman mereka sendiri sesama wartawan. Karenanya tidak mengherankan jika orang tersebut mengetahui hampir semua nama dan tempat bekerja para jurnalis yang konsisten melakukan perlawanan terhadap kelompok ISIS melalui pemberitaan yang mereka sebar di media-media baik nasional maupun internasional.
Menanggapi hal ini, ketua Persatuan Wartawan Afghanistan Timur Shir Sha Hamdard menyatakan hal ini sebagai sebuah keprihatinan, terutama karena pemberi ancaman itu mengetahui semua wartawan yang bekerja di media lokal. Siaran yang dipenuhi dengan muatan kebencian dan ancaman itu dapat didengar di hampri seluruh wilayah Afghanistan, terutama di Jalalabad dan Nangarhar.
Dugaan sementara, sang penyiar merupakan mantan penyiar radio lokal yang kini telah bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Kelompok pimpinan Abu Bakar al Baghdadi itu diketahui memang sedang membangun markas di wilayah Provinsi Khorasan, berdekatan dengan Nangarhar yang berbatasan dengan Pakistan.
Selain mengumbar ancaman pembunuhan terhadap semua wartawan, siaran radio tersebut juga mengancam akan menyerang pemerintahan Afghanistan yang mereka anggap sebagai boneka Amerika Serikat. Pemerintah sendiri mengklaim bahwa Voice of Khilafah telah dilarang dan tidak lagi didengar oleh masyarakat.
ISIS diketahui memang tidak menyukai jurnalis, terutama karena mereka memiliki akses dan kemampuan untuk memberitakan wajah ISIS yang sebenarnya; kejam dan bertentangan dengan Islam. Sebelumnya, ISIS pernah membunuh jurnalis AS, James Foley yang konsisten memberitakan kekejaman demi kekejaman yang dilakukan kelompok ini. sepertinya kini ISIS semakin gerah dengan munculnya banyak jurnalis yang gencar memberitakan jati diri ISIS yang sesungguhnya.