Terungkap, Bergabung ISIS Remaja Asal Inggris Dieksekusi Karena Dicurigai Jadi Informan

Damaskus – Seorang remaja laki-laki yang masuk kelompok teroris Islamic State (ISIS) dilaporkan sebagai orang Inggris pertama yang dieksekusi kelompok tersebut. Eksekusi dilakukan karena ia dicurigai sebagai informan atau mata-mata.

Diberitakan The Sunday Times, Minggu (31/3), pria yang dieksekusi itu bernama Mohammed Ismail. Ia juga dijuluki Osama bin Bieber karena wajahnya yang dinilai seperti anak-anak.

Ismail meninggalkan Inggris untuk pergi ke Suriah pada 2014, saat usianya 18 tahun.

Ia dibunuh pada 2016 karena dicurigai mengungkapkan lokasi perekrut terkemuka ISIS, Nasser Muthana, kepada badan intelijen Barat.

Baca juga : Australia Tolak Pulangkan Tiga Anak Anggota ISIS dari Suriah

Seorang anggota ISIS yang tidak disebutkan namanya mengklaim, Ismail mengakui pengkhianatan setelah Muthana tewas dalam serangan pesawat tak berawak milik AS di Mosul.

Muthana merupakan seorang dokter asal Cardiff, yang menggunakan uang ayahnya untuk membiayai perjalanannya ke Suriah.

“Mereka melakukan interogasi kepadanya,” kata sumber tersebut.

“Ia mengakui segalanya. Dan kemudian mereka membunuhnya,” tambahnya.

Pria yang juga dikenal dengan nama Mohammed Hadi itu diyakini mengalami luka-luka saat berperang di Suriah, sebelum akhirnya mendapat tugas sebagai petugas polisi ISIS.

Sumber itu mengatakan, Ismail dibunuh di Raqqa, tapi metode eksekusinya tidak diketahui.

Ia sempat meminta maaf di depan kamera dan itu merupakan saat-saat terakhirnya sebelum meninggal.

Melansir dari Daily Mail, Ismail diradikalisasi oleh ulama ekstremis di sebuah madrasah dan kemudian melakukan perjalanan ke Timur Tengah bersama tiga pria lainnya.

Sebelumnya, ia mengunggah sebuah foto dirinya dengan memegang senjata di Instagram.

Orangtuanya melaporkan kehilangan putranya tersebut ke polisi pada Maret 2014.

Kepergian Ismail ke Suriah disusul oleh remaja Inggris lainnya, Shamima Begum, yang meninggalkan London bersama dua temannya untuk bergabung ISIS pada 2015.

Shamima selamat dan kini berada di sebuah kamp pengungsian di Suriah.