Menangkal RADIKALISME

Terorisme Tumbuh & Berkembang Oleh Kelompok Yang Ingin Lumpuhkan NKRI

Medan – Ancaman paham radikalisme dan gerakan terorisme harus benar-benar disikapi secara tegas oleh bangsa Indonesia. Meski saat ini gerakan terorisme itu tidak sedahsyat 10-12 tahun lalu, namun diyakini paham radikalisme dan gerakan radikalisme itu terus tumbuh di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Disinilah peran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dibutuhkan untuk meredam dan mencegah tumbuhnya paham tersebut, demi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang damai.

“Kita jangan sampai lengah. Kelihatannya saat ini gerakan terorisme memang seperti ‘tiarap’. Padahal sesungguhnya terorisme di Indonesia ini terus tumbuh dan berkembang dengan dikelola oleh kelompok-kelompok yang sengaja ingin melumpuhkan NKRI dan kemudian mengganti dengan negara Islam menurut pemahaman mereka itu sendiri,” kata mantan anggota teroris, Ali Fauzi Manzi yang juga adik kandung dari terpidana mati kasus bom Bali I, Amrozy ketika menjadi pembicara “Dialog Pencegahan Paham ISIS di Kalangan Mahasiswa” di Medan, Selasa (9/6/2015).

Ali Fauzi yang pernah bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf di Filipina itu kini memang telah bertobat. Bahkan Ali Fauzi kini menjadi dosen dan peneliti tentang terorisme dan bom. Terkait paham radikalisme dan mahasiswa, Ali Fauzi menilai bahwa mahasiwa adalah sasaran empuk untuk propaganda paham radikalisme, terutama dari ISIS.

“Usia di tingkatan mahasiswa memang menjadi target propaganda ISIS. Bahkan saat ini, pengaruh paham ISIS di kalangan mahasiswa di Indonesia sangat besar sekali. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan berkembang. Kalau tidak, ke depan NKRI akan bisa hancur,” terang Ali Fauzi.

Diyakini Ali Fauzi, keberadaan dunia maya dan media sosial menjadi alat propaganda paling efektif yang digunakan gerakan terorisme untuk mencari pengikut baru. Fakta ini dinilai akan membawa gerakan radikalisme atau ISIS itu merongrong Indonesia sehingga sebelum kejadian, ia mengajak para mahasiswa dan generasi muda untuk mewaspadai ancaman teroirisme itu

“Penyebaran di kalangan mahasiwa tentunya sangat besar. Karena rekrutmen mereka sekarang tidak face to face lagi, tapi lebih memanfaatkan kepada media maya, media sosial seperti facebook, twitter dan sebagainya yang bisa diakses dan dilihat oleh semua orang pengguna internet,” kata pria kelahiran Lamongan 15 November 1971 ini.

Dalam kesempatan tersebut Ali juga menyampaikan bahwa keberlangsungan ISIS sendiri kedepannya secara global juga tergantung dari situasi sosial politik di Timur Tengah sendiri. “Kalau di Indonesia lebih tergantung dari kebijakan pemerintah dalam menangkal gerakan ISIS dan gerakan klandestein lainnya. Saya kira BNPT sudah on track dalam upaya pencegahan paham radikalisme dan terorisme ini,” ujarnya.

Selain itu, Ali juga mengingatkan dampak yang harus diantisipasi pemerintah terhadap orang-orang yang pernah bergabung dengan ISIS. Pasalnya, saat berada di tempat konflik, mereka dilatih 4 ilmu dasar militer yaitu map reading, weapon training, taktic infantery, dan field engineering. Artinya, meski bukan dari kalangan militer, mereka memiliki pengatuan yang bisa mengancam kedamaian di Indonesia..

“Mereka bisa menimbulkan resistensi menciptakan konflik di wilayah NKRI bila kembali pulang ke Indonesia. Tentu itu sangat berbahaya dan harus dicegah. Satu lagi saya sarankan dalam menindak mereka, pemerintah tidak boleh ragu, tapi harus tegas dan tanpa kompromi,” tandas Ali Fauzi.