Terorisme Melanggar HAM dalam Arti Nyata dan Kiasan

Terorisme Melanggar HAM dalam Arti Nyata dan Kiasan

Banjarmasin – Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat BNPT, Andi Intang Dulung, menegaskan aksi terorisme sebagai bentuk pelanggaran terhadap HAM. HAM yang dimaksudnya adalah dalam artian yang sebenarnya dan kiasan.

Demikian disampaikan Andi Intang di hadapan seratusan perempuan dari sejumlah organisasi di Banjarmasin, pada dialog “Perempuan Agen Perdamaian” yang diselenggarakan oleh BNPT dan FKPT Kalimantan Selatan, Kamis (14/11/2019).

“Siapapun sepakat bahwa terorisme melanggar HAM, yaitu Hak Asasi Manusia dan hak merasa aman dan nyaman,” kata Andi Intang.

Karena sifatnya yang termasuk bentuk pelanggaran HAM, Andi Intang mengingatkan agar setiap masyarakat mewaspadainya, tak terkecuali kelompok perempuan. Terlebih jika melihat kedudukan perempuan sebagai ibu yang memiliki kedekatan lebih dengan anak-anaknya.

“Peran perempuan penting karena kedekatan emosional dengan anak-anaknya dalam menyampaikan nilai dan moral. Karenanya jangan sampai ibunya terpapar radikal terorism agar anaknya tidak terlibat,” terang Andi Intang.

Untuk bisa mencegah diri dari paparan radikal terorisme, masih kata Andi Intang, kearifan lokal adalah salah satu sarana yang bisa dimaksimalkan penggunaannya. Dalam konteks kehidupan keluarga, kearifan lokal dapat diwujudkan pada budaya-budaya luhur yang harus terus dipertahankan.

“Banyak sekali hal-hal positif yang dulu menjadi tradisi di kehidupan masyarakat kita tergerus oleh kemajuan teknologi. Bangkitkan lagi itu, jadikan sebagai sarana mencegah masuk dan berkembangnya paham radikal terorisme,” urai Andi Intang.

Sementara Staf Ahli bidang Politik dan Pemerintahan Gubernur Kalimantan Selatan, H. Gusti Syahyar, menyoroti terorisme sebagai ancaman yang telah lama ada dan sulit diatasi. Langkah kecil bisa dilakukan dari lingkungan keluarga untuk mencegah terorisme semakin berkembang.

“Tanamkan kasih sayang kepada anak-anak kita di dalam keluarga. Tradisi hidup damai akan mendorong mereka mampu hidup harmonis di tengah beragamnya masyarakat Indonesia,” kata Syahyar.

Dia juga mengingatkan bawha ancaman terorisme terhadap kelompok perempuan saat ini sangat besar, yang ditandai dengan banyaknya keterlibatan dalam aksi-aksi. “Karena kami mendorong ibu-ibu serius mengikuti kegiatan ini, agar mampu membentengi diri dan keluarga dari pengaruh paham radikal terorisme,” pungkasnya. [shk/shk]