Dari berbagai kajian dan pengananan terhadap kasus terorisme, ditemukan bahwa terorisme yang terjadi saat ini masih memiliki kaitan kuat dengan jaringan terorisme di masa lalu, bahkan terorisme yang akan terjadi di masa mendatang memiliki kaitan kuat dengan apa yang umum disebut sebagai Afghanistan Effect dan ISIS Effect. Yakni rangkaian terorisme yang merupakan buah dari pelatihan militer dan propagan kekerasan yang diterima oleh sebagian pelaku teror di afghanistan dan perkembangannya yang tampak pada wajah ISIS.
Di Indonesia, kelompok yang memiliki afiliasi kuat dengan afghanistan adalah Jammah Islamiyah (JI), maka tidak heran jika saat ini ada banyak anggota JI yang secara terang-terangan menunjukkan dukungannya pada kelompok teroris yang mendaku diri sebagai kelompok khilafah bernama ISIS (Islamic State of iraq and Syiria).
Afghanistan Effect juga terlihat dari masih aktifnya jaringan-jaringan JI di beberapa negara, seperti; Australia, Malaysia (dengan Kelompok Mujahidin Malaysia-KMM), Myanmar (Rohingya), Singapura, dan indonesia melalui kelompok-kelompok pendukungnya seperti MMI (Majelis Mujahidin Indonesia dan JAT (Jamaah Ansharut at-Tauhid).
Tokoh-tokoh JI yang tertangkap pun kebanyakan masih belum menyatakan sikap yang jelas, sejauh ini hanya Umar Patek yang telah secara terang-terangan menyatakan ‘pertobatannya’ dengan kembali pada merah putih, sementara Abu Bakar Baasyir justru berkiblat pada ISIS. Tokoh yang lain seperti Abu Dujanah, Abu Tholut, Abu Umar, dll masih belum jelas sikapnya.
Saat ini kekuatan kelompok terorisme memang sudah mulai menurun, dimana kelompok sekelas Al Qaedah telah runtuh, empat Mantiqi di Asia bawah juga telah hancur walau komunitasnya masih ada. Hal yang sama juga dialami oleh JI (Jamaah Islamiyah) yang mulai kehilangan banyak dukungan, RSO (Rohingya Solidarity Organisation) menyatakan penolakannya pada JI, MILF (Front Pembebasan Islam Moro) juga menolak JI, demikian pula dengan Elemen Thaliand yang menolak JI. Saat ini hanya grup Abu Sayaf saja yang bergabung dengan JI, namun kini sudah melemah.
Laju terorisme, terutama yang ada di Indonesia, menunjukkan trend menurun yang cukup signifikan. Kelompok-kelompok yang mengusung terorisme mulai kehilangan banyak dukungan, sehingga pergerakan mereka nyaris hilang tertelan bumi. Sementara bagi sebagain dari anggota kelompok terorisme yang memilih untuk bertindak sendiri-sendiri (lone wolver), banyak dari mereka yang telah mati. Data terbaru menunjukkan bahwa 6 WNI yang bergabung dengan ISIS telah mati terbunuh di Irak dan Siria. Mereka adalah; Faruq, tertembak di Rixa. Fadri, tertembak di Allepo. Abdul Rouf tertembak di Syiria. Acep, pengawal pribadi Abu Bakar Baasyir, tertembak di Irak. Dua lainnya, Hanzallah al Indunisi dan Wildan Mukholad mati dengan cara bunuh diri.
Fakta melemahnya kelompok terorisme di atas tentu merupakan kabar baik bagi kita semua yang begitu mendambakan perdamaian dan implemantasi ajaran agama yang mengutamakan kasih sayang. Hal ini sekaligus sebagai penyemangat bahwa kejahatan tidak akan mendapat tempat di bumi ini, mereka pasti akan hancur.