Aksi terorisme yang pernah terjadi di Indonesia menyisakan luka yang mendalam. Banyak korban harus melanjutkan hidup dengan tertatih-tatih karena kehilangan anggota keluarga yang menjadi penyangga kehidupan.
Anak-anak tak berdosa dari para korban terorisme pun mengalami nasib yang tidak beruntung. Banyak diantara mereka menjadi yatim, karena ayahnya tewas dalam serangan teror. Para perempuan (ibu) pun harus menjalani beban hidup secara mandiri karena menjadi janda akibat ditinggal wafat kepala rumah tangga.
“Itu belum termasuk korban cacat seumur hidup. Kawan saya seorang warga negara Belanda harus kehilangan kedua kaki dan kini gunakan kaki palsu,” demikian diungkap oleh Tony Soemarno (Rabu, 28/10/2015) di hadapan para pemuda dalam ‘Dialog Peran Generasi Muda Dalam Pencegahan Terorisme’.
Tony Soemarno adalah korban aksi terorisme berupa peledakan bom di hotel JW Marriott, Jakarta. Seluruh tubuhnya mengalami cacat akibat luka bakar. Dia nyaris kehilangan nyawa akibat aksi itu.
Paska kejadian itu, kini Tony justru berkawan dengan banyak para pelaku terorisme yang sudah ditangkap. Dia mengajak rekan-rekan lain sesama korban untuk bisa memaafkan para pelaku bom yang mengakui kesalahannya di masa lampau.
Dalam tayangan video koleksi pribadi yang dimiliki Tony sejumlah pelaku teror mengaku bersalah dan meminta maaf kepada Tony dan keluarga korban yang lain. Di antara mereka ada yang bahkan berjanji akan menjelaskan kepada orang-orang lain agar tidak terjerumus aksi terorisme.