Pengamat terorisme Al Chaidar (sumber : republika.co.id)

Teroris Makin Brutal, Polisi Harus Pakai Rompi Antipeluru

Jakarta – Serangan terduga teroris yang ditujukan kepada petugas kepolisian utamanya polisi lalu lintas di berbagai kesempatan, cukup memprihatinkan. Polisi pun diminta meningkatkan kewaspadaannya dan melengkapi diri dengan rompi antipeluru saat bertugas.

Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, polisi lalu lintas harus meningkatkan kewaspadaannya dalam bertugas. “Tindakan teroris di Indonesia sudah makin brutal. Saya kira sudah saatnya polisi di lapangan meningkatkan kewaspadaan. Kondisi ini sudah ‘red alert’,” katanya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (11/4/2017).

Dikatakan, dengan melengkapi setiap polisi lalu lintas dengan rompi antipeluru menjadi salah satu kebutuhan. “Kebutuhan rompi antipeluru untuk polisi lalu lintas ketika bertugas sudah sangat mendesak,” tegas Al Chaidar.

Dengan posisi sebagai sasaran, polisi lalu lintas harus siap dalam setiap kondisi. “Sebab, posisi mereka itu kan harus menjaga keamanan. Pada saat lainnya sudah diincar oleh kelompok teroris. Sehingga harus ada strategi agar tidak ada lagi polisi yang menjadi korban aksi teror,” jelasnya.

Seperti diberitakan, serangan terhadap anggota polisi lalu lintas di Tuban tiga hari lalu, menunjukkan anggota polisi dibidik kelompok teroris. Itu adalah kejadian kesekian yang dialami personel polri. Polri telah menginsturksikan seluruh polisi lebih waspada. Khususnya yang bertugas di pos polisi. Sebab, mereka paling rentan menjadi sasaran.

Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar mengungkapkan, pos polisi yang rawan serangan teroris berada di Jawa. Mulai DKI, Jabar, Jateng, sampai Jatim. Tetapi, bukan perkara gampang melengkapi setiap polisi lalu lintas dengan rompi antipeluru. Sebab, jumlah polisi lalu lintas sangat banyak.

Untuk itu, tidak semua polisi lalu lintas bakal mendapat rompi anti peluru. Namun, Polri mengupayakan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. “Saya prediksi jumlahnya nggak cukup, (rompi antipeluru) masih terbatas,” kata Boy.

Serangan pos Black Spot Therapy di Tuban adalah aksi teror kesekian kali yang menyasar polisi. Sebelumnya aksi serupa terjadi di berbagai daerah. Ledakan bom di Jalan MH Thamrin, Jakarta awal tahun lalu adalah salah satu contohnya.

“Teroris tidak memilih atau memilah polisi. Mereka menyerang secara acak. Mereka muter-muter, dapat polisi, tembak. Tapi, bukan berarti tidak ada rencana dalam serangan tersebut,” jelas Boy.