Terorisme adalah sebuah paham yang kini telah menyebar di mana-mana, baik di sekolah, universitas, rumah, dst. Artinya terorisme bisa ditemukan di mana-mana. Karena itu, BNPT sebagai instansi yang berwenang melakukan penanggulangan dan pencegahan berusaha semaksimal mungkin melakukan berbagai program untuk mencapai sasaran itu, khususnya jika hal tersebut mengancam stabilitas negara. Sementara teroris merupakan tindak kekerasan atau tindakan yang mengakibatkan ketakutan seseorang atau satu komunitas.
Dunia maya menjadi sasaran pencegahan karena ia menjadi sarana kelompok teroris untuk menyebarkan paham-paham terorisme. ISIS sangat aktif menggunakan jaringan dunia maya karena dianggap sangat efektif dan tidak menggunakan dana yang besar dalam melakukan rekrutmen.
Peringatan Sumpah Pemuda yang dirangkaikan dengan Workshop dan Dialog merupakan momen yang paling efektif untuk memberikan pemahaman terhadap ancaman yang sedang dihadapi anak muda saat ini, khususnya yang terkaiat dengan propaganda radikalisme yang menjadikan anak muda menjadi sasaran utama. Karena itu, BNPT menganggap perlu memanfaatkan momen ini untuk mencegah pemuda pemudi kita terpengaruh terhadap paham terorisme.
Menurut data yang ada, umumnya para teroris yang telah ditangkap berumur antara 20 sampai 25 tahun. Ini artinya pemuda merupakan mayoritas pendukung gerakan terorisme ini. Selain itu, tujuan dari workshop ini adalah bagaimana mengajak pemuda-pemudi kita untuk kembali ke nilai-nilai luhur sumpah pemuda sehinggaa upaya untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan kita dapat terwujud.
Dalam menanggapi sejumlah pertanyaan peserta, Deputi I mengakui bahwa kemiskinan dan pendidikan memang sebuah tantangan yang dihadapi oleh pemerintah dalam menanggulangi berbagai masalah di tanah air, seperti terorisme, narkoba, kenakalan remaja dan lainnya, yang umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi dan pendidikan.
Namun pada waktu yang sama harus pula diakui bahwa masyarakat Indonesia bukanlah masyarkat miskin, Ia juga menjelaskan bahwa dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, pemerintah telah berusaha keras untuk itu namun juga harus diakui bahwa upaya mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat indonesia yang jumlahnya mencapai 250 juta lebih bukanlah semudah membalik tangan, karena butuh waktu dan kerja keras yang juga menuntut peran serta seluruh masarakat Indonesia, termasuk mahasiswa.
Ia juga mengatakan bahwa pemahaman terhadap agama yang sangat dangkal dan tidak memahami teks-teks agama secara komprehensif dan mekanisme belajarnya juga sangat terbatas. Hal ini merupakan faktor utama muncunya fenomena radikalisme yang bermuara kepada pemahaman terorisme karena mereka umumnya hanya belajar melalui internet, atau dengan guru-guru yang tidak memiliki ilmu agama yang mendalam.
Sementara itu, Kepala Lembaga Sandi Negara, Joko Sunardi menyampaikan bahwa lembaga sandi negara yang merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang berada langsung di bawah kepresidenan juga ikut memainkan peran dalam pencegahan terorisme, khususnya yang terkait pengamanan informasi instansi pemerintah dan pengamanan terhadap keamanan informasi.