Ternate – Anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Willy Pramudya, mendorong keteribatan aktif awak redaksi media massa dalam upaya pencegahan terorisme. Ditegaskannya, teroris bukan pejuang dan aksi yang dilakukannya bukan perang.
Ketika menjadi narasumber dalam kegiatan Visit Media Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Maluku Utara ke redaksi Harian Malut Post, Rabu (14/9/2016), Willy menyebut perang meskipun sebuah kejahatan masih memiliki aturan internasional yang harus ditaati. Di antaranya menghindari penyerangan fasilitas publik dan jatuhnya korban dari kelompok perempuan dan anak-anak.
“Sementara teroris di Pakistan rumah sakit juga diledakkan. Itu sangat keji,” kata Willy.
Aksi-aksi terorisme di luar negeri, masih kata Willy, bukan tidak mungkin akan merembet ke Indonesia. Dengan alasan itu kewaspadaan disebutnya sebagai sikap awal yang mutlak dikedepankan masyarakat.
“Media memiliki dua fungsi, yaitu institusi sosial dan institusi bisnis. Di institusi sosial media harus dijalankan secara profesional, menghindari adanya pelanggaran-pelanggaran etika, termasuk dalam peliputan isu-isu terorisme,” jelas Willy.
Untuk peliputan isu-isu terorisme saat ini masih ditemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh media massa, di antaranya pembuatan berita bohong (fabrikasi), berita yang mengagung-agungkan terduga pelaku terorisme (glorifikasi), dan berbagai jenis pelanggaran lainnya.
Hal senada disampaikan Pemimpin Redaksi Harian Malut Post, Faisal Jalaluddin. Dia mengambil contoh pemberitaan pemakaman gembong teroris Santoso, yang di beberapa media disebutkan dihadiri ribuan pelayat. “Itu yang disebut glorifikasi, dan kami sadar untuk tidak pernah melakukannya,” katanya.
Visit Media adalah rangkaian kegiatan dari Pelibatan Masyarakat dalam Pencegahan Terorisme yang diselenggarakan oleh BNPT dan FKPT di 32 provinsi se Indonesia. Satu kegiatan lainnya adalah Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme.