Jakarta – Teroris Al-Shabaab, yang berafiliasi dengan al-Qaeda, melancarkan serangan bom bunuh diri di Mogadishu, ibu kota Somalia, Senin (24/7/2023). Akibat serangan itu, 25 tentara dilaporkan tewas.
Sejauh ini, belum ada pernyataan resmi yang dikeluarkan pemerintah terkait insiden tersebut. Serangan bom bunuh diri terjadi di akademi pelatihan militer Jalle Siyad.
Militer Somalia bersama koalisinya, telah berusaha untuk memadamkan pemberontakan bersenjata Al-Shabaab di negerinya. Selama beberapa bulan terakhir, mereka telah berhasil mendorong mundur. Tapi, serangan balasan Al-Shabaab juga telah banyak merenggut para pasukan Somalia.
Serangan bom bunuh diri dilaporkan oleh Abdullahi, seorang perwira senior militer. Dia hanya mengatakan nama depannya karena mengaku tidak berwenang berbicara di depan umum atas insiden tersebut.
Menurut Associated Press, bom bunuh diri terjadi di akademi pelatihan militer Jalle Siyad di ibu kota Mogadishu. Serangan menyebabkan 25 tentara tewas dan melukai lebih dari 40 orang lainnya.
Al-Shabaab menguasai sebagian besar wilayah pedesaan Somalia selatan. Militer negara itu telah berusaha memberangus pemberontak tersebut, tapi kerap mendapatkan serangan balik yang mematikan.
Serangan pada Senin pagi, pelaku menargetkan personel militer saat mereka apel setelah sarapan. Selain mereka yang tewas, 24 orang dari mereka yang jadi korban mengalami luka yang serius.
Al-Shabaab segera mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Mereka mengatakan lewat media sosial, bahwa serangan bunuh diri itu menewaskan 73 tentara Somalia dan melukai 124 orang lainnya.
Pelaku bom bunuh diri disebut mengenakan seragam militer. Belum diketahui secara rinci bagaimana dia berhasil memasuki salah satu pangkalan militer yang disebut paling aman di Mogadishu.
Sejak Agustus tahun lalu, militer Somalia telah mendapatkan bantuan dari pasukan keamanan Uni Afrika untuk melakukan serangan serentak terhadap wilayah kekuasaan Al-Shabaab. Serangan itu telah berhasil mendorong mundur kelompok pemberontak.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, kampanye militer itu terhenti untuk mempersiapkan fase kedua ofensif. Dilansir Reuters, jeda itu dimanfaatkan oleh Al-Shabaab untuk melancarkan serangan balik.
Sebagian besar kelompok Al-Shabaab memang telah keluar dari wilayah Somalia selatan, tapi serangan balik telah semakin meningkat.
Militer Somalia sendiri saat ini sedang berada di bawah tekanan karena pasukan bantuan Uni Afrika perlahan mundur. Militer sejauh ini juga dibantu pelatihan oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Turki.