Nakhon Ratchasima – Penembakan massal yang menewaskan puluhan korban di kota Nakhon Ratchasima, Thailand dipicu oleh sebuah perjanjian jual beli rumah yang gagal. Hal itu disampaikan Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-Ocha dalam keterangannya.
Seorang tentara yang diidentifikasi sebagai Jakrapanth Thomma (32) mengamuk dan menewaskan sedikitnya 29 orang di empat lokasi di kota tersebut, dengan sebagian besar korbannya berada di pusat perbelanjaan 21 Terminal.
Sebelum melakukan aksinya, Jakrapanth terlebih dahulu membunuh komandan baraknya dan mencuri mobil dari pangkalan militer. Dia bahkan sempat mem-posting pesan tertulis di Facebook selama serangan sebelum akunnya ditutup.
Perdana Menteri (PM) Thailand, Prayuth Chan-Ocha mengatakan bahwa motif penembakan itu adalah karena masalah pribadi yang melibatkan Jakrapanth dan kerabat salah seorang pimpinannya di militer.
“Itu (motifnya) adalah konflik pribadi atas kesepakatan rumah,” kata PM Prayuth, dikutip Reuters, Senin (10/2).
Gubernur Provinsi Nakhon Ratchasima, Wichien Chantaranochai, pada Minggu malam, 9 Februari 2020, mengatakan total 29 orang telah tewas dalam insiden penembakan massal terburuk sepanjang sejarah Thailand itu. Sementara 57 korban lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.
Kota Nakhon Ratchasima, yang juga dikenal dengan nama bersejarah Korat, memiliki populasi sekitar 250.000 jiwa. Ibu kota dari provinsi dengan nama yang sama itu terletak berdekatan dengan taman nasional yang populer untuk gajah-gajah liar, di wilayah timur laut yang relatif lebih miskin, yang jarang dikunjungi wisatawan.