Teheran – Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengecam negara Barat karena bungkam menyusul serangan senjata kimia teroris di kota Aleppo Suriah. Kecaman ini dilontarkan Zarif melalui akun Twitternya pada Senin (26/11).
“Di mana Barat dalam mengutuk serangan kimia di Aleppo oleh teroris?” tulis Zarif
Pemerintah Suriah pada Sabtu (24/11) pekan lalu, mengatakan pihak teroris melepaskan serangan kimia di kota Aleppo yang dikuasai pemerintah. Media lokal menunjukkan berapa warga Aleppo dilarikan ke rumah sakit karena sesak nafas akibat racun tersebut.
Dilansir Tehran Time, Pemerintah Suriah dan Rusia mengatakan para teroris menggunakan gas klor dalam serangan tersebut.
Zarif mengatakan, Barat mengutuk serangan kimia hanya jika itu diduga digunakan oleh mereka yang dianggap sebagai musuh.
“Senjata kimia hanya dikutuk jika diduga digunakan oleh musuh; bukan sekutu,” kata Zarif.
Zarif menyamakan pendekatan Barat saat ini terhadap kelompok militan di Suriah sama dengan kebijakannya pada 1980-an saat tentara Saddam Hussein menggasapi warga sipil dan tentara Iran.
Baca juga : Rekrut Anggota Baru, ISIS Tiru Iklan Militer Australia
“Mata tertutup ketika Saddam menggunakan racun melawan Iran, tetapi berubah menjadi perang saat senjata racun itu digunakan musuh,” keluh Zarif.
Amerika Serikat (AS) bersama dengan Inggris menyerbu Irak pada Maret 2003 untuk menghancurkan persediaan senjata kimia Saddam terlepas dari fakta bahwa PBB memperingatkan bahwa semua senjata pemusnah massal Saddam telah dihancurkan.
Negara-negara Barat tertentu, termasuk Prancis, menjual persenjataan canggih ke Saddam dalam perangnya melawan Iran. Demikian juga, perusahaan Jerman dan Belanda menyediakan bahan kepada Saddam untuk membangun senjata kimia dan biologi. AS juga turut berpartisipasi dengan memberikan peta udara pasukan Iran ke pasukan Saddam.
Namun, pihak Barat berbalik melawan Irak ketika pada tahun 1990 saat pasukan Saddam menyerbu Kuwait, sekutu Barat.