Jakarta – Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, meminta masyarakat yang terpapar radikalisme untuk berhenti membawa nama agama dan tuhan dalam melakukan kekerasan hingga terorisme.
“Berhentilah membawa nama agama dan tuhan untuk melakukan kekerasan, terorisme, melakukan pembunuhan, melakukan makar. Ini yang sudah terjadi di kita kan,” kata Ansyaad di Hotel Ibis Tamarin, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (07/03/2020).
Lebih lanjut, Ansyaad menerangkan membawa nama agama dan tuhan untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan itu sudah dialami oleh Indonesia selama 3 tahun terakhir. “Pilkada DKI dan Pilpres. Ini terjadi negara kita dalam situasi yang kritis, terbelah. Berhentilah untuk itu,” jelasnya.
Sumber radikalisme, menurut dia, ada tiga hal. Pertama kelompok yang mengklaim kebenaran beragama, pemahaman kelompok lain dianggap kafir.
Kedua, kelompok yang merasa paling paham doktrin agama, sedangkan pemahaman kelompok lain salah.
Ketiga, di luar kelompoknya adalah tidak benar atau dicap sebagai golongan kafir. “Mereka merasa punya otoritas menghakimi pemahaman orang lain yang berbeda atas nama Tuhan. Contohnya membakar atau merusak barang orang,” ujarnya.