Jakarta — Terorisme di dunia maya telah lama menjadi fokus pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), pemerintah meminta BNPT untuk meningkatkan kinerja dalam memerangi terorisme di dunia maya ini. Inilah yang mendorong kepala BNPT, Komjen Pol. Suhardi Alius untuk menemui duta besar Iran untuk Indonesia, Valiollah Mohammadi guna membahas penanggulangan terorisme di cyber space.
Di hadapan dubes Iran, Suhardi menjelaskan bahwa dunia maya telah digunakan kelompok radikal untuk menyebarkan ajaran kekerasan. “Sekarang di Indonesia kelompok radikalis sudah mulai menggunakan sosial media untuk menyebarkan ajarannya. Salah satu imbasnya adalah kejadian (serangan teror, red.) di Medan. Apakah di Iran juga begini? Bagaimana regulasi media sosial di Iran?” demikian buka Suhardi saat melakukan kunjungan ke kediamannya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, hari ini. Selasa (13/09/16).
“Kami memiliki polisi khusus untuk aksi kriminal di sosial media,” jawabnya singkat. Ia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa di Iran media sosial bersifat terbuka dan dapat digunakan semua pihak, namun pemerintah memberlakukan sistem pengawasan yang ketat.
“Di Iran semua media sosial terbuka dan biaa digunakan, tapi semuanya harus melalui sistem milik Iran yang menjadi filternya,” jelasnya.
Dalam kunjungan ini kepala BNPT juga menunjukkan data seputar radikalisme di Indonesia. Dari total 150 juta penduduk Indonesia, 7,7% sudah terpengaruh radikalisme. sementara 0,04% bahkan sudah melakukan aksi radikal. Meski begitu, Kepala BNPT menegaskan bahwa pemerintah tidak pernah mundur dalam memberantas terorisme.
Terbaru, kepala BNPT menegaskan kebulatan tekadnya untuk membent task force baru yang akan secara spesifik memerangi terorisme melalui penguatan kerjasama sama antar kementrian.
Dubes Iran mengapresiasi niat ini dan menyatakan akan mendukung upaya pemerintah Indoensia dalam memerangi terorisme.