Singapura – Tragedi penembakan massal penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru tahun 2019 lalu, nyatanya banyak dijadikan inspirasi kelompok Islamofobia untuk melakukan serangan serupa. Setelah Norwegia, kejadian serupa hampir terjadi di Singapura. Beruntung rencana itu terendus otoritas keamanan Singapura dan berhasil menangkap pelaku sebelum menjalankan aksi.
Penangkapan dilakukan oleh Kepolisian dan Departemen Keamanan Internal Singapura (ISD) terhadap seornag remaja yang berniat melakukan serangan terorisme ke dua masjid bulan Desember lalu. Dalam penelusuran, remaja itu ternyata terinspirasi aksi Brenton Tarrant, pelaku penembakan di Christchurch, Selandia Baru.
Menurut ISD, penembakan di Christchurch menginspirasi sang remaja dalam banyak hal. Salah satu yang paling kentara adalah pemilihan dua masjid sebagai target serangan teror. Pada penembakan di Christchurch, aksi teror dilakukan Brenton Tarrant di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood.
“Dia memilih Masjid Assyafaah dan Masjid Yusof Ishak sebagai targetnya karena dekat dari rumahnya,” ujar keterangan ISD, dikutip dari Channel News Asia, Rabu (27/1/2021).
Setelah memilih kedua masjid tersebut, sang remaja kemudian melakukan survei. Hal itu dilakukan via Google Map dan Street View, untuk menentukan dari mana sebaiknya ia melakukan aksinya.
Ketika survei, remaja berusia 16 tahun itu sempat menimbang mengganti targetnya. Dari Masjid Yusof Ishak ke Masjid An-Nur. Namun, ia mengurungkan niatnya setelah menganggap Yusof Ishak lebih dekat dari Masjid Assyafaah.
Bagaimana serangan akan dilakukan pun meniru penembakan di Christchurch. ISD mengatakan, remaja terkait berencana menggunakan mobil untuk berpindah dari satu target ke target lainnya, persis seperti yang dilakukan di Christchurch. Mobil memungkinkan sang remaja untuk berpindah target dan menghilang secara cepat.
“Untuk memperoleh kendaraan, ia berniat mencuri kartu kredit ayahnya kemudian menyewa mobil BlueSG usai menemukan tempat peminjaman dekat rumahnya,” bunyi keterangan ISD.
Hari penyerangan pun meniru penembakan di Christchurch, 15 Maret 2021. Ada yang berbeda, remaja keturunan India itu tidak berniat melakukan serangannya dengan senapan mesin, tetapi dengan senjata tajam golok.
Ketika remaja tertangkap, remaja itu telah menemukan golok yang hendak ia beli. Dia berniat membeli golok merk Smith and Weston dengan model Kukri, senjata tradisional angkatan darat Nepal dan resimen Gurkha. Harganya S$190.
Adapun untuk memantapkan niatnya melakukan serangan, ia mengkonsumsi materi-materi propaganda ISIS alias melakukan radikalisasi secara otodidak.