Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menyebut bahwa Indonesia dan Mesir memiliki kemiripan, terkait dengan Islam Wasathiyah atau moderasi Islam.
Hal itu dia sampaikan saat menerima kunjungan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBPP) Mesir untuk Indonesia, Ashraf Mohamed Moguib Sultan, di kantor Menko Polhukam, Jakarta Pusat Selasa (6/10/2020) petang.
Mahfud menuturkan, Islam moderat di Indonesia dikembangkan melalui organisasi masyarakat islam seperti Nahdatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Ada kemiripan tentang kampanye Wasathiyah Islam atau moderasi Islam. Yang juga dikembangkan di Indonesia oleh ormas ormas seperti NU, MUI, dan Muhammadiyah. Islam jalan tengah atau Islam moderat, yang tidak ekstreme ke kanan dan tidak ekstrim ke kiri,” ujar Mahfud MD, sebagaimana dikutip tribunnews, Selasa (6/10).
Dia mengatakan, konsep Wasathiyah yang dikembangkan di Mesir, melalui Universitas Al Azhar di Kairo, memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan Islam, tidak hanya di Mesir, melainkan juga di Indonesia. Indonesia, kata Mahfud juga memiliki banyak intelektual muslim, yang lulus dari Universitas Al Azhar.
“Yang juga dikembangkan konsep Wasathiyah dimesir melalui Al Azhar University, Universitas yang usianya sudah lebih dari seribu tahun ada di mesir di Kairo. Dan itu memberi sumbangan yang besar bagi pembangunan Wasathiyah Islam bukan hanya di mesir tapi juga di Indonesia,” tuturnya.
“Banyak sekali alumni-alumni Al Azhar di Indonesia yang juga mengembangkan konsep itu, seperti Quraish Shihab, Alwi Shihab, Mantan Gubernur NTB Zainul Majdi, mereka mengembangkan konsep Wasathiyah Islam di sini,” imbuhnya.
Konsep Wasathiyah di Indonesia sendiri, kata Mahfud, merupakan sebuah konsep negara yang membawa Islam ke dalam Ideologi Pancasila. Dengan begitu, negara melindungi para pemeluknya agar mereka dapat melaksanakan perintah agama tanpa harus saling bermusuhan satu dengan lainnya.
“Indonesia negara berdasar ideologi Pancasila tetapi membawa islam, di dalam Ideologi Pancasila, tidak ekstrim ke kanan tidak ekstrim ke kiri, dan bersifat inklusif. Negara memberikan perlindungan dan kebebasan kepada pemeluk agama untuk melaksanakan ajaran agamanya secara baik dan sejuk, tanpa bermusuhan antara satu dengan lainnya,” ujarnya.
Selain membahas mengenai Islam moderat, ada banyak hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Di antaranya, bahasan mengenai penanganan terorisme, dan sejumlah kerjasama yang sudah berjalan, seperti kerjasama dalam bidang pendidikan dan juga juga ekonomi politik dan keamanan.