Palu – Keluarga salah satu terduga teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang tewas akibat kontak tembak dengan aparat kepolisian pada Senin (1/3) berencana memindahkan jasad Irul ke kampung halaman. Namun keinginan tersebut namun tak diizinkan.
Kakek Irul, Subanrio, mengemukakan hal itu saat bersama keluarga berziarah ke makam DPO MIT yang ada di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (6/3). Keluarga yang berziarah di lokasi Pekuburan umum, Kelurahan Poboya, Kota Palu adalah istri, ibu, kakek, paman, dan bibi dari Irul.
Saat tiba di lokasi, keluarga juga mendapatkan pengawalan ketat dari pihak kepolisian yang bersenjata lengkap. Pihak keluarga sebelumnya berencana memindahkan dan memakamkan jasad Irul di Kampung halamannya di Desa Kalora, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Namun, hal tersebut tidak dizinkan.
“Ia belum dikasih izin sama kita, jadi untuk sementara ini kita berziarah dulu,” ucap Subanrio.
Sementara itu Kabid Humas Polda Sulteng, Kombes Pol Didik Supranoto, yang dikonfirmasi melalui sambungan telepon menjelaskan bahwa persoalan pemindahan makam tidak ada sangkut pautnya dengan pihak kepolisian, melainkan urusan Pemerintah Daerah.
“Saya tidak tahu, itu kan bukan urusan pihak kepolisian lagi, kalau sudah dimakamkan itu urusan Pemerintah Daerah,” ujar Didik, sebagaimana dikutip Antara, Sabtu (6/3).
Irul, DPO MIT Poso ini merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan suami-Istri Sugiatno dan Nurki. Ia merupakan warga asli Desa Kalora, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Pada tahun 2019 lalu, ia menjadi menantu dari mantan Pimpinan MIT Poso, Santoso, setelah mempersunting anak Santoso, Wardah. Irul tewas bersama satu DPO MIT lainnya, yakni Samir Alias Alfin, warga asal Provinsi Banten. Keduanya tertembak oleh tim gabungan TNI/Polri yang tergabung dalam Satuan tugas (Satgas) Madago Raya, pada Senin (1/3).