Jakarta- Terduga teroris berinisial HOK (19) yang ditangkap di Batu,
Jawa Timur mengaku merakit bom dari tutorial dan pelatihan di media
sosial (medsos) atau internet. Ini bukan kasus pertama anak muda
terlibat terorisme lewat media sosial.
Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan
Global (SKSG) Universitas Indonesia M Syauqillah PhD, mendorong
pemerintah ekstra tegas terkait platform media sosial. Sebab, siapa
pun bisa mengakses beragam informasi di medsos, salah satunya tutorial
merakit bom seperti yang dilakukan HOK.
“Penangkapan tersangka teroris HOK yang masih berusia muda menambah
daftar panjang keterlibatan generasi muda dan keluarga dalam tindak
pidana terorisme di Indonesia,” kata Syauqillah, Minggu (4/8/2024)..
Dia menegaskan, media sosial sekali lagi memainkan peran yang
signifikan bagi pelaku. Sebab, pelaku mendapatkan tutorial dan
pelatihan meracik bom dari salah satu media sosial. Oleh karena itu,
Syauqillah mendorong pemerintah perlu memitigasi terhadap platform
media sosial yang selama ini menjadi wahana bagi kelompok teror untuk
melakukan berbagai modus tindak pidana terorisme.
“Capaian zero attack tidak berarti radikalisasi berhenti,” tegas pakar
terorisme ini.
Sebelumnya Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar
mengatakan bahwa HOK tersangka teroris yang ditangkap di Batu, Jawa
Timur belajar sendiri merakit bom. Pengetahuan tersebut diperoleh
melalui internet.
“Yang bersangkutan mempelajari cara membuat atau merakit bom ini dari
internet. Ada website tertentu yang diakses yang bersangkutan dan
melalui media sosial,” kata Aswin Siregar.
Berdasarkan penyelidikan pelajar 19 tahun ini mendapatkan giroh atau
semangat melakukan aksi bom bunuh diri karena sering membaca situs
yang berisi propaganda Daulah Islamiyah pendukung ISIS. Aswin
mengimbau masyarakat untuk membuat laporan ke polisi jika menemukan
hal mencurigakan dari orang sekitar.