Baghdad – Sekitar seribu militan kelompok ISIS dilaporkan kabur ke wilayah gurun di Irak, dari basis pertahanan terakhir mereka di Suriah. Hal itu dikhawatirkan bakal memberi mereka waktu untuk menyusun kekuatan sebelum kembali menyerang.
Dikutip dari Associated Press, Selasa (26/2), militan ISIS lari karena digempur pasukan koalisi Kurdi dan Amerika Serikat di sebelah timur Suriah. Mereka diduga akan bergabung dengan militan ISIS di sebelah utara Irak.
“ISIS mencoba menyusun kekuatan di Irak, karena di Suriah mereka terdesak,” kata Juru Bicara Angkatan Bersenjata Irak, Brigjen Yahya Rasoul
Di Irak, militan ISIS kerap menculik, membunuh, menyergap kendaraan di jalan untuk menakuti penduduk setempat, dan memeras warga. Jumlah mereka sekitar 5000 sampai 7000 orang dan bersembunyi di wilayah gurun yang tandus.
Baca juga : Isu Kesepakatan Barter Emas Kebebasan Pasukan AS dan ISIS Mencuat Lagi
Pemerintah Irak sudah mengirim 20 ribu pasukan mereka untuk menjaga perbatasan, tetapi para militan ISIS dari Suriah tetap bisa lolos. Mereka memanfaatkan terowongan atau menyusup pada malam hari. Sebagian menyamar menjadi penggembala ternak.
Menurut informasi intelijen Irak, para militan ISIS itu tetap membawa senjata ringan seperti pistol, dan juga mengantongi uang yang mereka peroleh ketika masih berjaya.
“Kalau kita kirim pasukan terhebat di dunia, tidak mungkin mereka bisa menguasai kawasan ini. Operasi kami membutuhkan bantuan informasi intelijen dan serangan udara,” ujar Rasoul.
Ketika berjaya, ISIS menguasai sepertiga wilayah Irak dan Suriah. Sempalan Al-Qaeda itu lantas memburu para kelompok minoritas. ISIS kemudian digempur dari dua negara itu sampai terdesak.
Akan tetapi, militer Irak saat ini kembali waspada karena ISIS kembali berulah, dan bahkan dikhawatirkan bisa kembali menguasai wilayah Syam. Menurut informasi intelijen, pada Januari lalu tercatat ada sembilan serangan yang dilakukan militan ISIS di Irak.
Mereka bahkan membunuh tiga warga Desa Tal al-Asfour di kawasan Badush karena dituduh menjadi mata-mata. Rekamannya lantas disebar melalui media sosial.
Menurut kepala desa setempat, Syekh Mohamed Nouri, mereka melakukan itu untuk membuat jera dan menekan warga supaya tidak buka mulut kepada aparat.