Jakarta – Laksamana Muda (Purn) Soleman B Ponto, mantan Kepala Badan Intelijen Strategis, meminta polisi lebih bersikap humanis dalam menjalankan tugasnya. Sikap humanis itu dimaksudkan untuk menekan maraknya serangan secara ‘lone wolf’ terhadap institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Dikatakan, pelaku teror saat ini kerap bergerak sendiri di luar struktur, belum terkait dengan jaringan tertentu. Namun, pelaku merupakan pendukung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Gerakan mereka cukup sulit untuk dideteksi karena tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
“Sejak dua tahun lalu, saya sudah mengatakan bahwa ini adalah pukulan untuk polisi, karena sasarannya polisi. Artinya ada pekerjaan polisi yang tidak disenangi masyarakat. Lalu bermunculan teror yang dilakukan secara perorangan dan rata-rata adalah pendukung ISIS,” kata Soleman B Ponto kepada wartawan di Jakarta, Jumat (14/7/2017).
Untuk mengatasi hal itu, Soleman B Ponto pun menyarankan para penegak hukum harus lebih profesional lagi sehingga dapat timbul kembali simpati dari hati masyarakat. “Ya polisi harus profesional. Terutama dalam rangka penanganan teroris. Kalau teroris maen tembak-tembak aja, gak akan selesai. Ini kan masih terduga, tapi ditembak mati,” jelasnya.
Sebagamana diberitakan, pelaku lone wolf selalu menyasar polisi, seperti pelaku bom panci di Bandung. Kemudian adanya penyerangan yang dilakukan oleh Mulyadi terhadap anggota Penjinak Bom, AKP Dede Suhatmi dan Briptu Syaiful di Masjid Falatehan, Jakarta. Lalu penyerangan terhadap anggota polisi di Polda Sumatera Utara.