Bima – Kerap disebut sebagai zona merah terorisme, kota Bima dianggap sebagai tempat yang aman untuk pelarian para teroris. Menanggapi hal ini, ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi NTB, Drs. H. Lalu Mujditahid menegaskan bahwa Bima bukan zona merah terorisme. Ini disampaikan pada Dialog “Da’i Pemula Dalam Rangka Mencegah Berkembangnya Paham Radikalisme dan Terorisme di Kota Bima” yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui FKPT Provinsi NTB, hari ini, Rabu (20/07/16).
Mengutip hasil penelitian sebuah lembaga terkait radikalisme dan terorisme di NTB beberapa waktu lalu, Lalu mantab menyatakan bahwa Bima bukan zona merah terorisme. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa masyarakat di NTB menolak segala bentuk kekerasan, termasuk radikalisme dan terorisme.
“Dan mereka sangat tidak setuju jika terorisme dikait-kaitkan dengan jihad,” jelasnya.
Meski begitu, ia mengakui bahwa mayoritas masyarakat NTB masih diam terhadap aksi-aksi kekerasan. Dan ini yang disebutnya menjadi tantangan tersendiri; menolak saja tidak cukup, harus ada aksi nyata untuk memastikan paham kekerasan tidak lagi mendapat tempat di tengan masyarakat.
“Cuma sayangnya, masyarakat di NTB masih cenderung pasif, tidak berbuat apa-apa… karena kita diam, akhirnya mereka yang terlibat terorisme itu di sini. Dan Bima dicap sebagai tempat pelarian teroris,” lanjutnya.
Karenanya, ia mengajak seluruh da’i pemula yang hadir dalam kegiatan ini untuk terus membimbing masyarakat menolak segala bentuk paham kekerasan, salah satunya dengan memberikan dakwah yang baik, baik cara dan baik isi dakwahnya. Ia pun tak lupa menyampaikan terimakasih kepada BNPT yang mengabulkan permintaan FKPT untuk mengadakan dialog dengan para da’i di Bima. Terlaksananya kegiatan ini dipandangnya sebagai pertanda bahwa para da’i sudah siap untuk mengamankan Bima dari pemngaruh buruk paham radikal dan terorisme.