Target Penyebaran Radikalisme dan Terorisme di Medsos, Kaum Perempuan Harus Miliki Kecakapan Digital

Target Penyebaran Radikalisme dan Terorisme di Medsos, Kaum Perempuan Harus Miliki Kecakapan Digital

Tarakan — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum
Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara (Kaltara)
menggelar seminar dengan tema “Perempuan Teladan, Optimis dan
Produktif (TOP) Cerdas Digital Satukan Bangsa dalam Pencegahan
Radikalisme dan Terorisme” di Gedung FKUB Tarakan, Kamis
(16/11/2023).

Hadir dalam kegiatan ini Wali Kota Tarakan diwakili oleh Alias selaku
Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Tarakan, Direktur Pencegahan
BNPT RI diwakili oleh Kolonel Sus Haryanto, S. Pd.,M.Pd selaku
Kasubdit Asia Pasifik dan Afrika BNPT RI (Sebagai narasumber).

Kemudian ada Dr. Dina Yuliana M. Si Dosen Universitas Padjajaran
(Sebagai narasumber), Dr. Nur Asikin, S. Hi.,MH Kabid Perempuan FKPT
Kaltara (sebagai narasumber), Dt. Iskandar Zulkarnaen sebagai Ketua
FKPT Kaltaran serta Unsur Organisasi Perempuan se- Kota Tarakan kurang
lebih 60 orang.

Ketua FKPT Kaltara Iskandar Zulkarnaen menjelaskan, perempuan telah
banyak menjadi target propaganda radikal dari media sosial. Ia
mengungkapkan bahwa kelompok teror memilih perempuan untuk menjadi
pelaku teror dikarenakan beberapa alasan, yaitu pertama, bahwa pembom
wanita akan menghasilkan berita yang lebih spektakuler dan ini menjadi
ajang promosi yang strategis bagi kelompok teror karena mendapatkan
perhatian yang besar dari media maupun masyarakat.

“Kedua, perempuan tidak menimbulkan kecurigaan sehingga lebih mudah
menyembunyikan bahan peledak dan ketiga, perempuan lebih mudah
melewati pemeriksaan keamanan,” jelasnya.

Menurutnya, keterlibatan perempuan dalam aksi terorisme adalah
permasalahan yang cukup pelik. perempuan yang dikenal sebagai sosok
yang lemah lembut, sebagai seorang ibu yang membimbing anak-anaknya
menjadi pelaku terorisme.

Contoh aksi terorisme yang dilakukan oleh perempuan adalah, pertama,
di kompleks Mabes Polri diserang oleh seorang wanita bernama Zakiah
Aini pada tanggal 31 maret 2021 pukul 16.30. kedua, kasus yang paling
hangat yaitu kasus seorang perempuan yang berusaha menerobos istana
negara pada tanggal 25 agustus 2022.

“Perempuan harus memiliki kecakapan digital sebagai upaya pencegahan
perkembangan paham radikal dan terorisme dengan pendekatan lunak dalam
berbagai bentuk. Salah satunya adalah memberikan pemahaman kepada
masyarakat, khususnya para perempuan melalui transformasi pengetahuan,
merupakan salah satu cara yang dinilai efektif untuk mencegah
berkembangnya paham radikal dan terorisme,” jelasnya.

Kasubdit Asia Pasifik dan Afrika BNPT RI Kolonel Sus Haryanto
mengucapkan terimakasih kepada panitia dan ibu ibu sekalian yang telah
hadir dan bersama-sama ikut turut serta dalam kegiatan ini. Ia
menguaraikan bahwa ekstrimisme merupakan kejahatan yang Extraordinary,
melanggar hak-hak asasi manusia. Paham radikalisme ini merusak
stabilitas keamanan bangsa dan negara. Terorisme merupakan ancaman
nyata bagi peradaban modern dan umat manusia.

“Kami bersyukur bisa bersilaturahmi dan bisa mengadakan dialog dengan
ibu-ibu dan mahasiswa sekalian, harapan nya nanti ibu-ibu bisa
menyebarkan sentuhan yang alami sehingga tidak terpapar paham
radikalisme dan terorisme ini. Saya yakin kegiatan ini akan memberikan
pencerahan bagi kita semua untuk dapat bersuara, bagaimana fokus saat
ini perempuan menjadi aktor utama yang menjadi target para terorisme,”
tambahnya.