Bogor – Bangsa Indonesia tengah menghadapi ancaman besar yaitu terorisme. Fakta inilah yang mengharuskan Indonesia menyiapkan langkah antisipasi dan penanggulangan terorisme. Ini menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia, terutama untuk menciptakan perdamaian sekaligus keutuhan NKRI.
Pernyataan itu diungkapkan Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir memberikan kuliah umum kepada mahasiswa pasca sarjana Universitas Pertahanan (Unhan) di Auditorium Unhan, Sentul, Bogor, Rabu (10/8/2016).
Dalam paparanya Mayjen Abdul Rahman Kadir menjelaskan bahwa pergerakan kelompok teroris saat ini masih ada yang mengendalikan dari dalam Lapas “Terpidana teroris yang ada di dalam Lapas, masih aktif menyebarkan paham radikalisme kepada terpidana lainnya. Bahkan masih bisa mengendalikan pergerakan dari dalam keluar Lapas,” ujarnya.
Kelompok teroris, lanjut mantan Sestama BNPT ini, dalam melakukan pergerakan menggunakan metode sel terputus. Metode tersebut mereka gunakan agar semua gerakan dan komunikasi tidak terdeteksi jika ada anggotanya yang tertangkap oleh aparat kemanan. Selain menggunakan metode sel terputus, kelompok teroris juga menggunakan halaqoh – halaqoh (pertemuan) eksklusif di kalangan mereka saja.
Menyinggung pasca tewasnya pimpinan teroris Poso yaitu Santoso, Mayjen Abdul Rahman mengatakan bahwa ancaman teroris yang menamakan diri sebagai Mujahidin Indonesia Timur (MIT) masih terus ada, karena beberapa anggota kelompok tersebut masih berkeliaran di hutan dan sewaktu-waktu dapat mengancam keamanan masyarakat.
Selain itu, papar Mayjen Abdul Rahman, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi telah menyebabkan berbagai dampak. Dampak positifnya, arus informasi dan komunikasi antar masyarakat menjadi semakin mudah, namun di sisi lain dampak tersebut di salahgunakan oleh kelompok radikal teroris.
“Dunia maya mereka gunakan untuk melakukan propaganda berupa narasi-narasi yang mengajak masyarakat untuk jihad dengan menghalalkan darah sesamanya. Selain itu mereka juga menggunakan sosial media seperti facebook, twitter, telegram dan lain-lain untuk berkomunikasi. Baru – baru ini, game online juga dijadikan alat komunikasi oleh mereka. Teror bom di Prancis merupakan bukti bahwa perencanaan bom bunuh diri melalui komunikasi game online,” ungkap Mayjen Abdul Rahman Kadir.
Ia menegaskan bahwa persoalan paham radikalisme dan terorisme kedepan tantangannya akan semakin komplek. Kelompok teroris secara terus menerus melakukan propaganda dengan berbagai cara. Mereka melakukan teror sehingga masyarakat berada dalam keadaan ketakutan, jika masyarakat sudah berada dalam keadaan ketakutan maka akan semakin mudah bagi kelompok radikal terorisme melaksanakan aksinya.
Untuk itu, Mayjen Abdul Rahman mengimbau kepada seluruh mahasiswa dan civitas akademika UNHAN agar bersama-sama lebih peduli dengan keadaan sekitar. “Jangan sampai cuek dengan keadaan lingkungan sekitar kita, karena jika kita sudah lengah maka kelompok teroris akan lebih leluasa dalam menyebarkan virus paham radikal terorisme,” katanya.