Jakarta – Tantangan berdakwah di era media sosial lebih kompleks di banding era sebelumnya. Sebab anak muda yang mendominasi pengguna media sosial lebih mengandalkan gawainya untuk mencari referensi keagamaan dari pada mendatangi forum pengajian.
“Usia kelompok millennial pengguna media sosial sangat besar, dan mereka kerap mencari informasi dari media sosial termasuk informasi seputar keagamaan,” ujar Sekretaris Jendral PBNU, H Helmy Faisal Zaini di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (1/11).
Diungkapkannya, pengguna internet dari kalangan usia milenial tahun ini mencapai 143 juta orang. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang mencapai 132 juta jiwa.
Menurut Helmy Faisal, angka ini merupakan tantangan tersendiri bagi Nahdlatul Ulama. Kelompok Nahdliyin tidak bisa membiarkan jutaan orang yang secara aktif “hidup” di media sosial mengakses informasi keagamaan yang tidak valid sumber dan asal usulnya.
Bagaimanapun, lanjutnya, di saat era media sosial membawa bermacam-macam jenis informasi, ia juga memuat konten yang sumbernya tidak jelas datangnya, atau yang kerap disebut berita hoaks. Akibatnya, alih-alih mencerahkan, infromasi tersebut justru menjerumuskan pembacanya.
Lebih lanjut, Helmy Faisal mengatakan, arus informasi ini juga tak jarang yang dimanfaatkan oleh gerakan radikalisme terorisme yang menggunakan media internet untuk menyebarkan pengaruhnya. ISIS misalnya. Kelompok kekerasan ini menggunakan fasilitas internet untuk menyebarkan ajarannya melalui media kampanyenya yang bernama Dabiq yang dirilis secara online yang selanjutnya dijadikan pedoman bagi kelompok pengikutnya di berbagai negara.