Jakarta – Saat ini tentunya sangat penting bagi civitas akademika dan dunia kampus untuk tidak lagi mengabaikan adanya potensi paham intoleransi dan radikalisme yang mudah menyusup dan menginfiltrasi mahasiswa. Apalagi jika paham tersebut dibungkus dengan berbagai aktivitas yang ada di kampus.
Pencegahan tentunya menjadi sangat penting dilakukan untuk menjaga lingkungan pendidikan utamanya di lingkungan kampus, agar terhindar dari penyebaran paham intoleransi dan radikalisme.
Guru Besar Bidang Psikologi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Achmad Mubarok mengatakan, sesungguhnya ideologi internasionalisme sangat mudah masuk ke kalangan mahasiswa. Hal ini dikarenakan kurangnya para mahasiswa itu dalam mempelajari ilmu agama.
Untuk mengatasi hal tersebut khususnya kepada generasi muda mahasiswa adalah dengan cara memperbanyak diskusi terbuka dan seminar-seminar yang lalu dimuat di media massa.
”Nah tentunya dari situ nantinya akan keliatan sendiri karena khilafah versi mereka (kelompok penyebar paham intoleransi dan radikalisme) itu sebenarnya bukan konsep Islam, melainkan konsep khilafah politik,” ujar Achmad Mubarok dalam keterangannya, Kamis (24/9).
Karena, kata dia, sesungguhnya konsep khilafah yang diusung oleh kelompok-kelompok tersebut bukanlah konsep khilafah yang berasal dari Al Quran. Karena konsep khilafah yang ada di Alquran adalah khilafatullah fil ardh yang mana ’manusia adalah wakil Allah di muka bumi yang berkewajiban untuk membumikan nilai-nilai kebenaran’.
”Nah itu khilafatullah sesungguhnya, bukan khilafah politik. Khilafah politik sebetulnya muncul karena adanya kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada,” tutur Anggota MPR periode 1999-2004 ini.
Achmad Mubarok mengatakan, masyarakat perlu untuk diajak belajar dan berpikir terbuka terkait adanya ideologi khilafah, termasuk juga diskusi-diskusi bagi kalangan mahasiswa. Tujuannya untuk membuka wawasan para mahasiswa.
”Kalau dibicarakan terbuka justru hal ini tidak akan tumbuh, tetapi kalau dikejar-kejar itu justru akan tumbuh karena mereka merasa dizalimi” ucapnya
Generasi muda khususnya para mahasiswa menurut Achmad Mubarok juga perlu untuk memperbanyak wawasan-wawasan yang bernuansa amaliyah sebagai upaya untuk membentengi diri dari pengaruh ajaran atau paham yang menyesatkan.
”Jika banyak wawasannya dan beramaliyah maka kemudian tidak akan mudah terjerumus kepada pemahaman ruang yang sempit yang dapat mengarah kepada intoleransi dan radikalisme. Ini juga sebagai upaya agar paham-paham tersebut juga tidak tumbuh di lingkungan kampus,” tuturnya.