Jakarta – Suriah tengah melakukan proses transisi pemerintahan pasca
tumbangnya Presiden Bashar Al-Asaad oleh kelompok pemberontak Hayat
Tahrir al-Sham (HTS). HTS sendiri menyatakan akan menjadikan negara
Suriah menjadi negara demokratis.
Mantan Presiden Iran Hassan Rouhani meragukan pernyataan pihak HTS.
Menurutnya, masa depan Suriah masih umit dan tak menentu setelah rezim
Bashar al-Assad digulingkan HTS.
Eks orang nomor dua di Iran itu mengklaim HTS memiliki kesamaan dengan
Al-Qaeda dan Daesh (ISIS), dua kelompok yang secara luas dianggap
sebagai teroris. Di samping itu, “tampilan demokratis” HTS saat ini
hanya sementara.
Oleh karena itu, dia memprediksi Suriah nantinya akan menghadapi
masa-masa sulit. Rouhani mengklaim Suriah bisa saja kembali menjadi
markas Daesh dan Al-Qaeda. Hal itu juga bisa mengancam Lebanon dan
Irak.
“Apa yang terjadi di Suriah direncanakan berbulan-bulan sebelumnya dan
bukan sekadar hasil dua atau tiga minggu perencanaan,” kata Rouhani,
Rabu, (18/12/2024), dikutip dari IRNA.
“Kenyataannya ialah bahwa perang Suriah melawan Daesh dan teroris
lainnya tetap tidak terselesaikan karena kengototan Turki untuk
menghentikan operasi di Kota Idlib, tempat para teroris berkumpul.”
Dia mengatakan belakang ini Rusia terpaksa mengabaikan atau
meninggalkan Suriah karena memfokuskan perang di Ukraina.
“Turki, Amerika Serikat, Israel, dan Qatar memanfaatkan situiasi ini
dan beberapa negara Arab bergabung dengan mereka, memunculkan situasi
baru di Suriah,” tegasnya.
Dikutip dari BBC, HTS berawal dari organisasi bernama Jabhat al-Nusra
yang dibentuk tahun 2011. Kelompok itu terafiliasi langsung dengan
Al-Qaeda. HTS dianggap sebagai salah satu kelompok oposisi terkuat
yang melawan Presiden Bashar al-Assad.
Kelompok itu dimasukkan dalam daftar kelompok teroris oleh PBB, AS,
Turki, dan negara lain. Akan tetapi, pemimpin HTS yang dikenal sebagai
Abu Mohammed al-Jolani memutuskan hubungan dengan Al-Qaeda.
Dia membubarkan Jabhat al-Nusra kemudian membentuk organisasi baru
bernama Hayat Tahrir al-Sham. Faksi-faksi lain bergabung dengan HTS
setahun berselang.
Pada saat itu mencul keraguan apakah HTS benar-benar sudah terputus
dari Al-Qaeda. Akan tetapi, pesan-pesan yang disampaikan HTS
menandakan bahwa kelompok itu menolak kekerasan ataupun balas dendam.