Tambolaka, Sumba Barat Daya – Di tanah yang dikenal dengan keelokan alam dan kekayaan budayanya, masyarakat Tambolaka memberikan teladan luar biasa tentang arti toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Harmoni itu bukan sekadar jargon, melainkan denyut hidup yang dirasakan setiap hari oleh warga Sumba Barat Daya.
Gambaran itu tampak dalam sebuah momen hangat saat Kepala Kementerian Agama Sumba Barat Daya, Siprianus Muda Hondo, M.Si, yang beragama Katolik, berdialog akrab dengan para dosen dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang tengah melakukan pengabdian masyarakat di MIS Al Falah Tambolaka.
Diskusi tersebut dihadiri oleh para akademisi UIN Malang: Dr. Abd Gafur, M.Ag, Nuril Nuzulia, M.PdI, dan Drs. A. Zuhdi, MA, berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang sarat nilai persaudaraan lintas iman. Bukan diskusi yang kaku, tapi lebih sebagai ruang saling berbagi pengalaman dan nilai.
“Kami hidup rukun meski berbeda keyakinan. Umat Islam memang minoritas di sini, tapi justru itulah yang menguatkan semangat saling menjaga,” ungkap Siprianus Muda Hondo, sambil tersenyum.
Pernyataan senada datang dari H. Samsi Pua Golo, ST, tokoh masyarakat sekaligus Ketua Yayasan MIS Al Falah. Baginya, keberagaman yang menyatu dalam harmoni sudah menjadi bagian dari jati diri masyarakat Tambolaka.
“Masyarakat di sini sudah terbiasa hidup berdampingan. Katolik, Protestan, Islam, bahkan kepercayaan lokal, semuanya berjalan beriringan tanpa konflik. Ini warisan budaya dan spiritual yang sangat berharga,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Sekolah MIS Al Falah juga turut menegaskan bahwa iklim toleransi yang terjaga menjadi pondasi penting dalam pendidikan dan kehidupan sosial warga Tambolaka. Dukungan dari pemerintah, tokoh agama, dan seluruh elemen masyarakat menjadi kunci terpeliharanya suasana damai ini.
Pertemuan tersebut bukan hanya tentang program kerja atau laporan kegiatan, melainkan refleksi nyata tentang bagaimana keberagaman bisa menjadi kekuatan bangsa. Dari ujung timur Indonesia, Tambolaka memberikan pesan penting: bahwa perbedaan bukanlah hambatan, melainkan kekayaan yang harus dirawat bersama.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!