Kabul – Taliban membunuh pemimpin senior Daesh ( ISIS ), yang diduga berada di balik pemboman bunuh diri Agustus 2021 di luar bandara Kabul, Afghanistan. Aksi bom bunuh diri itu menewaskan 13 personel militer Amerika Serikat (AS) dan sekitar 170 warga Afghanistan.
Seperti dilaporkan Associated Press, informasi soal tewasnya pentolan ISIS itu didapat ayah seorang Marinir yang tewas dalam serangan itu. Ia diberi pengarahan pada Selasa (25/4/2023) oleh pejabat militer AS.
Selama akhir pekan, militer AS mulai memberi tahu keluarga dari 11 Marinir, pelaut dan tentara yang tewas dalam ledakan di Gerbang Abbey selama penarikan AS yang kacau dari Afghanistan. Dan, anggota keluarga itu berbagi informasi dalam obrolan perpesanan grup pribadi.
Keterangan dari keluarga kepada The Associated Press dikonfirmasi oleh tiga pejabat AS dan seorang pembantu senior kongres, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas rincian yang belum dipublikasikan.
Pemimpin ISIS, yang identitasnya belum dirilis, tewas di Afghanistan selatan pada awal April saat Taliban melakukan serangkaian operasi melawan kelompok Daesh, menurut salah satu pejabat. “Taliban pada saat itu tidak mengetahui identitas orang yang mereka bunuh,” tambah pejabat itu.
Darin Hoover, ayah dari Sersan Staf. Darin Taylor Hoover, mengatakan Marinir hanya memberikan informasi terbatas kepadanya pada hari Selasa dan tidak mengidentifikasi pemimpin Negara Islam atau memberikan keadaan kematiannya.
Hoover adalah salah satu dari 12 keluarga Gold Star yang tetap berhubungan sejak pengeboman, saling mendukung dan berbagi informasi melalui obrolan perpesanan. Obrolan itu dibuat oleh Cheryl Rex, ibu dari Marine Lance Cpl. Dylan Merola, yang tewas dalam ledakan itu