Washington – Juru bicara Taliban pada hari Kamis (10/6) mendesak Turki untuk segera menarik pasukannya dari Afghanistan sesuai dengan kesepakatan yang disetujui tahun 2020.
Pihak Taliban secara efektif menolak proposal Turki untuk menjaga dan menjalankan bandara Kabul setelah pasukan NATO yang dipimpin AS pergi.
“Turki adalah bagian dari pasukan NATO dalam 20 tahun terakhir, jadi mereka harus mundur dari Afghanistan berdasarkan Perjanjian yang kami tandatangani dengan AS pada 29 Februari 2020,” ungkap juru bicara Taliban Suhail Shaheen, dikutip Reuters, Kamis (10/6).
Permintaan ini memupus harapan Turki untuk bisa berperan lebih jauh di Afghanistan, sekaligus membangun kembali hubungan baik dengan AS yang sempat retak setelah Turki membeli sistem pertahanan dari Rusia.
Pentagon melaporkan bahwa Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah berdiskusi dengan Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar untuk membahas kerjasama bilateral dan isu-isu regional. Namun, masalah terkait pasukan di Afghanistan tidak ikut dibahas.
Jika mengacu pada kesepakatan Februari 2020 yang disahkan oleh Taliban dan AS di bawah Donald Trump, semua pasukan AS akan keluar dari Afghanistan pada 1 Mei.
Presiden AS Joe Biden pada bulan April lalu menegaskan bahwa proses penarikan seluruh pasukan mereka akan selesai pada peringatan 20 tahun serangan Al Qaeda, 11 September 2021 mendatang.
Pihak Turki mengajukan proposal untuk mengambil alih bandara Kabul pada pertemuan NATO bulan Mei, dan berharap bisa menggantikan AS dalam mendukung Afghanistan melawan Taliban.
Sejumlah pejabat militer AS memang khawatir kondisi keamanan Afghanistan akan memburuk setelah seluruh pasukan mereka angkat kaki akhir tahun nanti. Niat Turki bisa saja mendapat dukungan dari AS.
Pentagon melaporkan bahwa proses penarikan pasukan AS sudah lebih dari 50% selesai. Sementara Turki masih memiliki lebih dari 500 tentara di Afghanistan, kontingen militer asing terbesar di sana.