Kabul – Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Sebelumnya menyimpulkan kelompok Taliban masih merawat hubungan dekat dengan jejaring Al-Qaeda, meski telah menandatangani perjanjian damai dengan Amerika Serikat dan berjanji ikut memerangi organisasi teror itu.
Menurut laporan tersebut, sejumlah petinggi Al-Qaeda masih aktif beroperasi di Afghanistan, walaupun kehilangan sejumlah figur terpenting yang tewas dalam beberapa bulan terakhir.
Namun Kelompok Taliban membantah laporan PBB yang mengaitkan kelompok tersebut dengan organisasi teror Al-Qaeda. Dalam keterangan persnya, Taliban menilai laporan PBB “tidak berdasar” dan “penuh prasangka.”
“Kami menolak keras konten laporan ini,” tulis Taliban, sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (4/6).
Taliban tercatat masih melanjutkan operasi bersenjata bersama jejaring Haqqani. Kelompok yang kelahirannya juga dibidani oleh Amerika Serikat pada 1980an itu menyatakan sumpah setia kepada Taliban, tapi diyakini berutang budi pada Al-Qaeda lantaran dibantu saat memerangi invasi AS pada 2001.
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menepis laporan itu dan menegaskan “Taliban tidak akan membiarkan pihak lain menggunakan tanah Afghanistan buat memerangi pihak lain atau mengoperasikan kamp pelatihan, atau menggunakan tanah kami untuk mencari dana, sesuai dengan perjanjian di Doha.”
Kesepakatan di Doha yang ditandatangani kedua pihak pada akhir Februari silam mewajibkan Taliban memerangi kelompok teror lain, termasuk Al-Qaeda. Namun komitmen tersebut tidak diurai secara detail lantaran masalah keamanan.
Zalmay Khalizad, Utusan Khusus AS dan salah seorang arsitek Perjanjian Doha, mengatakan komitmen Taliban sangat spesifik, “menyangkut keberadaan kelompok teror lain, pelatihan, perekrutan dan pengumpulan dana di kawasan yang mereka kuasai saat ini.”
Perjanjian itu dikritik karena antara lain tidak disusun dalam bahasa yang tegas, sehingga menyulitkan pengawasan terhadap kepatuhan Taliban.
“Salah satu dari banyak masalah pada perjanjian ini adalah butir tuntutan terhadap komitmen anti-teror Taliban dibuat dengan kalimat yang samar,” kata Michael Kugelman dari wadah pemikir AS, Wilson Center.
Pada Mei lalu, Presiden Ashraf Ghani menuduh Taliban bekerjasama dengan ISIS dan bertanggungjawab mendalangi serangan terhadap bangsal kelahiran di rumah sakit Kabul. Tuduhan tersebut berulangkali dilayangkan pejabat pemerintah selama proses perundingan damai berlangsung.
Amerika Serikat dan Taliban justru membantah dan menyebut dakwaan Ashraf Ghani tidak memiliki bukti.