Anggota Pasukan Demokratik Suriah atau SDF siaga dengan senjata mereka di Raqqa

Takut Diserang, Pasukan ISIS Tinggalkan Raqqa

Raqqa – Pasukan aliansi militer Kurdi-Arab dukungan Amerika Serikat, Pasukan Demokratik Suriah (SDF), Minggu (15/10/2017) waktu setempat, meluncurkan serangan terakhir ke kota Raqqa (Ar-Raqqah), yang dikuasai ISIS. Serangan dimulai setelah konvoi sebagian pasukan ISIS, yang menerima kesepakatan, keluar dari kota tersebut bersama keluarga mereka.

Juru bicara pasukan SDF, Thilal Salaw kepada kantor berita Reuters, mengatakan, sebanyak 275 pasukan ISIS asli Suriah meninggalkan Raqqa setelah menandatangani kesepakatan. Mereka meninggalkan sedikitnya antara 200 sampai 300 pejuang ISIS lainnya, yang mayoritas dari luar Suriah.

“Ini pertempuran akhir. Ratusan pasukan ISIS yang menerima kesepakatan itu melintasi jalur aman, yang biasa digunakan warga sipil di kantong kontrol ISIS di Raqqa. Jalur itu merupakan jalan yang disepakati oleh pasukan ISIS dan suku-suku setempat,” kata Thilal Salaw seraya menambahkan bahwa pertempuran ini akan berlanjut sampai Raqqa bersih dari ISIS.

Sebagian pasukan ISIS meninggalkan Raqqa setelah mereka menjalin kesepakatan dengan suku-suku setempat. Kesepakatan ini bertujuan menghindari korban sipil lebih banyak. Para tetua suku setempat mengatakan bahwa pihaknya berupaya menghindari pembantaian terhadap sipil yang masih terkepung di kota.

Hingga Senin (16/10/2017) pagi, rombongan terkahir dilaporkan masih berada di daerah kontrol SDF. Mereka bergerak menuju wilayah kontrol ISIS di Suriah timur. Pasukan ISIS yang meninggalkan Raqqa itu juga membawa tawanan dan warga sipil untuk dijadikan tameng. Mereka mengatakan akan melepaskan tawanan sipil jika tiba di lokasi yang dituju.

Sebelum terjadi kesepakatan ini, koalisi AS memperkirakan sebanyak 300-400 pasukan ISIS masih berada di Raqqa. Dengan perginya separuh dari mereka, diperkirakan tersisah separuh lainnya. Mayoritas yang memilih menetap di Raqqah untuk menghadapi pertempuran terakhir pejuang dari luar Suriah.

Pertempuran Raqqa dimulai sejak awal Juni lalu setelah kota tersebut terisolasi. Kampanye ini didukung penuh oleh pasukan udara koalisi AS. Kepungan dan gempuran udara yang tiada henti menyebabkan banyak korban sipil. Laporan HAM menyebutkan, jumlah korban sipil meningkat akibat serangan udara koalisi dalam beberapa waktu terakhir menyusul dimulainya operasi Raqqa.