Surabaya – BNPT dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur, Selasa (28/8/2018), menggelar kegiatan pelibatan mahasiswa dalam pencegahan terorisme. Kali ini 150 orang yang aktif di pengelolaan masjid kampus menjadi pesertanya.
Direktur Perlindungan BNPT, Brigadir Jenderal (Pol) Herwan Chaidir, mengatakan kegiatan ini diadakan untuk menjaga agar masjid di lingkungan kampus bebas dari potensi penyebarluasan paham radikal terorisme.
“Saya tidak menyebut yang hadir di sini diawasi, dicurigai ada penyebarluasan paham radikal terorisme. Tapi kegiatan ini adalah langkah pencegahan, mengantisipasi agar masjid di lingkungan kampus tidak dijadikan lokasi penyebarluasan ajaran yang menyimpang,” kata Herwan.
Kampus sebagai lokasi berkumpulnya talenta muda dengan potensi positif, lanjut Herwan, diharapkan juga mendapatkan ajaran yang positif di aktifitas keagamaan yang dilakukannya di masjid. “Jangan sampai talenta muda ini menjadi negatif karena pengaruh negatif yang didapatnya di masjid kampus,” tambahnya.
Dalam paparannya Herwan menukil hadist yang menyebut siapa saja yang memakmurkan masjid adalah tamu Allah SWT. Atas dasar itu, dia mengajak mahasiswa yang aktif di pengelolaan masjid kampus untuk memakmurkan, mengisi kajian-kajian di dalamnya dengan hal positif.
“Jangan menyebarkan keburukan di masjid,” tegas Herwan.
Kegiatan Pelibatan Takmir Masjid dalam Pencegahan Terorisme di Surabaya, dilaksanakan di Aula Boedi Sosetya, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga. Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten di bidangnya, antara lain mantan narapidana terorisme, Kurnia Widodo, Sekretaris FKPT Jawa Timur, Nadjib Hamid, dan Co Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi.
Direktur Kemahasiswaan Universitas Airlangga, M. Hadi Subhan, dalam sambutan mewakili rektor menyampaikan ucapan terimakasihnya telah menjadikan kampusnya sebagai tuan rumah kegiatan. Melalui kegiatan tersebut, dia berharap mahasiswa yang aktif di pengelolaan masjid dapat membedakan kajian keagamaan berisikan ajaran positif dan negatif.
“Jangan sampai maksudnya ibadah, tapi malah terjebak di indoktrinasi. Adik-adik mahasiswa harus memahami tidak ada agama yang mengajarkan membunuh sesama manusia,” pungkas Hadi. [shk/shk]