Jakarta – Tak ingin kejadian yang menimpa oknum karyawannya berinisial DE yang ditangkap aparat Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror, karena diduga terlibat dalam jaringan terorisme terulang kembali, PT Kereta Api Indonesia (KAI) menggelar Townhall Wawasan Kebangsaan dan Cinta Tanah Air bagi pekerja PT Kereta Api Indonesia (Persero)”.
Acara yang digelar di Kantor PT KAI Jakarta Railway Centre (JRC), Rabu (23/8/2023) ini dihadiri langsung oleh jajaran Direksi dan Komisaris PT KAI dan juga diikuti oleh seluruh pegawai KAI yang sedang tidak bertugas di seluruh Daerah Operasi (Daops) 1 sampai 9, Divisi Regional (Divre) I sampai IV se-Indonesia, Divisi Light Rail Transit (LRT) serta jajaran anak perusahaan secara online.
Townhall meeting ini menghadirkan Komisaris Utama PT KAI, Prof Dr. Said Aqil Siradj, Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI, Prof Dr. Irfan Idris, MA, Kasatgaswil DKI Jakarta Detasemen Khusus (Densus) 88/Anti Teror Polri, Kombes Pol Dani dan Deputi Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN, Tedi Bharata sebagai narasumber.
Direktur Utama (Dirut) PT KAI, Didiek Hartantyo, mengatakan bahwa tujuan diadakannya Townhall meeting dengan tema wawasan kebangsaan dan cinta tanah air adalah upaya pihaknya untuk mempertegas bahwa KAI dengan dukungan dari BNPT dan Densus 88 mempunyai standing yang jelas bahwa tidak mentolorir tindakan radikalisme dan terorisme di tubuh KAI.
“Dan kami akan mengambil tindakan tegas sesuai dengan aturan dan sesuai dengan kerjasama dengan kepolisian bahwa semua apa yang tidak mematuhi akan kita tidak tegas,” ujar Didiek Hartantyo.
Dari penjelasan dari para narasumber yang telah memberikan paparannya dalam acara tersebut pihaknya akan terus membangun wawasan kebangsaan dan cinta tanah air pada seluruh pegawai di jajarannya.
“Dan dalam waktu dekat nanti kami bersama dengan BNPT dan juga Densus 88/AT Polri akan langsung melakukan sosialisasi ke seluruh Daop dan Divre dan seluruh jajaran kereta api dimanapun berada. Ini agar pencegahannya efektif, continue dan berkelanjutan,” ujar pria yang sebelumnya berkarir sebagai Bankir di Bank Mandiri ini.
Oleh karena itu dengan adanya kejadian yang menimpa oknum pegawainya itu maka pihaknya akan senantiasa untuk terus melindungi karyawannya dari pengaruh penyebaran paham radikal terorisme seperti arahan dalam paparan yang disampaikan Komisaris Utama PT KAI, BNPT, Densus 88 dan juga dari Kementrian BUMN.
“Jelas sekali memahamkan ini bukan sesuatu yang gampang tetapi kita akan terus lakukan. Bagaimana kita membangun kebangsaan dan keagamaan yang toleran di Bumi Pertiwi ini dengan berlandaskan Pancasila dan loyalitas NKRI itu harga mati,” .
Dan dari penjelasan para narasumber tersebut pihaknya juga akan menerbitkan larangan, himbauan dan peraturan-peraturan lainnya yuntuk lebih dipertegas agar pencegahan ini efektif. Selain itu pihaknya juga akan terus mengimbau kepada seluruh jajaran insan pimpinan kereta api di daerah untuk mengenali anak buahnya langsung,
“Sehingga dengan mengenal anak buahnya langsung maka akan tahu aktivitasnya, memahami pribadinya, sehingga setiap ada potensi-potensi yang menuju ke arah kerawanan dalam arah radikal terorisme itu bisa ditangkal,” ujarnya
Lalu dalam sistem rekrutmen pihaknya juga akan mengikuti arahan yang telah disampaikan BNPT dan juga Densus 88 untuk dimassukan dalam saringan. “Sehingga apa yang tadi sudah disampaikan bahwa media sosial itu menjadi salah satu bentuk saringan yang akan juga kami lakukan,” ujarnya mengakhiri.
Dalam kesempatan yang sama Direktur Keselamatan dan Keamanan PT KAI, Sandry Pasambuna dalam sambutan laporannya mengatakan bahwa Townhall meeting ini sebagai tindak lanjut untuk melindungi sebanyak 31.370 pekerja PT KAI dan Anak Perusahaan dari paham-paham radikalisme.
“Insiden yang menimpa salah satu pekerja kami, meskipun memprihatinkan, memberikan kita peluang untuk kembali merenungkan dan mengokohkan nilai-nilai wawasan kebangsaan dan cinta tanah air. Wawasan kebangsaan merupakan pilar yang mengukuhkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Pilar yang terdiri atas implementasi nilai-nilai dasar Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Sandry.
Karena menurut Sandry, di tengah gejolak global, kita harus mampu memperkuat ketahanan nasional yang meliputi seluruh aspek Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya, Pertahanan dan Keamanan. Untuk itu momentum ini menjadi pengingat penting bagi kita untuk lebih proaktif dalam pencegahan radikalisme dan terorisme.
“Kami mengajak setiap individu di sini untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap segala tanda-tanda ekstremisme yang mungkin muncul di sekitar kita. Melalui edukasi dan komunikasi yang efektif, kita dapat mencegah penyebaran paham-paham yang memecah persatuan dan mengancam kedamaian,” ujarnya mengakhiri.