Tak Hanya Reaktif, Media Dituntut Proaktif dalam Peliputan Terorisme

Manado – Media massa memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya pencegahan terorisme. Dalam peliputan isu-isu terorisme media tak boleh hanya reaktif, tetapi dituntut bisa bersikap proaktif.

Hal ini terungkap dalam kegiatan Media Visit yang dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Utara ke beberapa redaksi media massa di Kota Manado, Kamis (9/6/2016).

“Sejak bom Bali satu, bom Bali dua, bom kedutaan Australia, Bursa Efek Jakarta, dan seterusnya, media massa di Indonesia hanya ramai saat kejadian. Mereka begitu reaktif,” kata praktisi jurnalistik, Hasudungan Sirait.

Padahal untuk kepentingan pencegahan, media harus memerankan sikap proaktif, yaitu kemauan mengungkap dan memberitakan akar masalah terorisme.

“Jangan hanya ketika ada kejadian ramai. Media harus bisa mengungkap apa yang menjadi penyebab terorisme untuk membuka mata masyarakat, bahwa terorisme bisa dicegah,” lanjut Hasudungan.

Isu-isu kemiskinan, kesenjangan sosial, ketidakadilan, hingga pengakuan mantan pelaku terorisme yang sudah bertaubat, disebut Hasudungan sangat layak diangkat dalam karya soft news, sebagai pembelajaran bersama masyarakat sekaligus kewaspadaan dini. “Bagaimana pelaku teror berinovasi dengan teknologi, bagaimana pola perekrutan mereka, itu feature-feature menarik. Jika itu diangkat sebagai pemberitaan, masyarakat akan mengerti dan sadar untuk ikut melakukan pencegahan dan mewaspadainya,” tegasnya.

Anggota Majelis Etik Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Willy Pramudya, mendukung apa yang disampaikan Hasudungan Sirait. Meski demikian Willy meminta sikap proaktif media massa dalam peliputan terorisme tidak boleh lepas dari semangat profesionalitas.

“Jurnalisme terorisme adalah hal baru yang memiliki kekhususan. Oleh karena itu Jurnalis yang terlibat di dalamnya harus dibekali kemampuan multi disiplin ilmu, sehingga mampu meminimilaisir adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap Kode Etik Jurnalistik,” jelas Willy.

Media Visit oleh BNPT dan adalah rangkaain dari program Pelibatan Media Massa dalam Pencegahan Terorisme. Satu kegiatan lainnya adalah Diseminasi Pedoman Peliputan Terorisme dan Peningkatan Profesionalisme Media Massa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme.