Propaganda yang dilakukan kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) semakin gencar, terutama melalui dunia maya.
Mereka bisa bebas dalam menyuarakan kampanye kelompoknya untuk merekrut anggota baru serta dengan ‘menjual’ isu negara berdaulat, serta jaminan hidup sejahtera. Nyatanya propaganda itu hanya pepesan kosong belaka alias bohong.
“Harus ada tindakan tegas terhadap apa dan siapa saja yang ikut dan terlibat menyebarkan klaim-klaim ISIS. Terutama situs-situs yang bertebaran di internet serta melalui media sosial seperti Twitter, YouTube, Facebook, dan lain-lain,” kata Pengamat Intelijen Wawan Hari Purwanto di Jakarta, Jumat (04/09/2015).
“Kalau dibiarkan pasti akibatnya sangat berbahaya. Apalagi saat ini masyarakat Indonesia sudah terbagi dalam menyikapi propaganda ISIS tersebut. Paling bahaya bila masyarakat percaya begitu saja dengan ISIS sehingga mereka sangat gampang untuk direkrut,” ungkap Wawan.
Untuk itu, Wawan mendukung langkah kontra propaganda yang dilakukan pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Seperti diketahui, BNPT telah mencanangkan tahun 2015 sebagai Tahun Damai di Dunia Maya, juga lebih menggiatkan sosialisasi pencegahan paham ISIS di seluruh Indonesia. BNPT sudah melakukan sosialisasi pencegahan dengan menjangkau tokoh pemuda, tokoh budaya sampai ke tokoh pendidikan dari Sabang sampai Merauke.
“Harus ada yang menjelaskan dan meluruskan apa dan bagaimana ISIS itu sebenarnya melalui media, baik itu media konvensional maupun media maya,” tukas Wawan.
Wawan mencontohkan tentang klaim ISIS yang menyatakan bahwa mereka adalah negara berdaulat. “Siapapun bisa melakukan klaim seperti itu karena wilayah di sana sedang mengalami konflik politik dan perang saudara. Mana ada di daerah konflik menyatakan ekonominya membaik, harga kebutuhan stabil, segala sesuatunya seperti kesehatan, sewa rumah, listrik, air bisa gratis dan sebagainya. Tidak benar itu,” ujar Wawan.
Senada dengan Wawan, tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) Adnan Anwar menilai segala macam propaganda ISIS itu sangat tidak mungkin dan bohong. ” Itu hanya sebuah propaganda untuk menarik minat sesorang. Padahal kenyataannya tidak seperti itu,” ujar Adnan yang juga mantan Sekjen PBNU ini.
“Sumber uang yang mereka dapatkan selama ini semuanya berasal dari bisnis hitam. Seperti jual beli sumber daya alam atau seperti minyak melalui pasar gelap. Karena mereka mendapatkan itu juga melalui sebuah konflik dengan kekerasan dan mengatasnamakan agama. Itu saja sudah tidak benar,” ujar alumni Universitas Airlangga jurusan Hubungan Internasional ini.
Begitu juga dengan janji kehidupan lebih baik, Adnan menilai itu dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu. “Itu hanya ingin menunjukkan kepada para donatur atau para pendukungnya bahwa mereka juga sudah kuat. Padahal ya tidak. Apalagi menjanjikan semua fasilitas gratis seperti sekolah, kesehatan, listrik, air dan sebagainya. Itu bualan mereka saja,” tandasnya.
Sumber: Rimanews.com