Makassar – Pasangan suami istri yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar kaum milenial yang terpapar virus radikalisme. Mereka adalah generasi yang masih sangat muda kelahiran 1995, tapi sudah berada di jalan yang salah.
“Karena teridentifikasi pelaku kelahiran tahun ’95, jadi inisialnya L dengan istrinya adalah termasuk tentunya kalangan milenial yang sudah menjadi ciri khas korban dari propaganda jaringan teroris,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat berada di lokasi kejadian bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Senin (29/3/2021).
Boy menyebutkan tindakan terorisme seperti di Makassar sebetulnya bukan karakter bangsa Indonesia. Teror itu terjadi lantaran paham radikal yang hinggap pada kaum muda.
“Pertama-tama tentu kita meyakinkan kembali peristiwa yang terjadi ini adalah sebuah tindakan yang tidak berperikemanusiaan, dan apa yang dilakukan ini adalah bukan karakter bangsa kita, jadi pengaruh pengaruh paham radikal terorisme yang hinggap di kalangan generasi muda,” kata Boy.
Boy mengungkapkan propaganda jaringan teroris saat ini menyasar kalangan anak-anak muda. Dia menyebut virus radikalisme ini tidak terasa, bahkan tidak kasatmata, tapi lama-lama dapat mengubah watak hingga perilaku toleran seseorang.
“Propaganda jaringan terorisme adalah istilahnya itu dapat saya katakan seperti ‘jebakan batman’ untuk anak-anak muda, karena pengaruh virus radikalismenya tidak terasa kemudian mengubah watak, mengubah perilaku yang itu sejatinya bukan jati diri bangsa Indonesia. Kita tidak seperti itu, kita dilahirkan sebagai bangsa yang toleran, menjaga persatuan di tengah keberagaman, semangat untuk hormat-menghormati, semangat untuk bertoleransi di tengah perbedaan,” ujarnya.
“Virus ini hinggap di kalangan anak-anak muda tidak cepat terlihat, dia tidak kasatmata, tetapi lama-lama terasa akan ada perubahan dari perilaku,” tukas Boy Rafli Amar.