photo by: sindonews.com

Sri Rahayu dan Kisah Pilu Menjadi Saksi Kekejaman ISIS di Raqqa

Raqa – Sri Rahayu tak pernah mengira jika pilihannya untuk menjadi tenaga kerja Indonesia di luar negeri justru mengantarkannya pada pengalaman pahit yang tidak akan mudah ia lupakan di sepanjang sisa hidupnya. Sri Rahayu adalah TKI asal Sumbawa yang mengadu nasib dengan bekerja di Suriah, ia berangkat pada 2 Februari 2011 melalui agen tenaga kerja PT Binhasan Maju Sejahtera (Indonesia) dan Sana (Suriah) untuk kemudian ditempatkan di Aleppo.

Setelah bekerja sesuai durasi kontrak selama 2,5 tahun, Sri Rahayu bukannya dipulangkan ke Indonesia, ia justru dijual oleh agen Sana ke majikan barunya yang bernama Abdul Azim al-Ujaeli di Raqqa. Selama di Raqqa inilah kisah tragisnya menjadi saksi kekejaman kelompok teroris ISIS bermula. Sri mengaku menyaksikan langsung penduduk Raqqa berlarian ketakutan saat gerombolan pasukan ISIS memasuki kota tersebut dan merebut gudang senjata milik batalyon 17 tentara Suriah.

Ia bahkan menyaksikan deretan kepala-kepala manusia yang digeletakkan begitu saja di pinggir jalan, hal itu ia saksikan ketika ia berangkat ke pasar untuk berbelanja. Keinginannya untuk kembali ke Indonesia selalu dihalangi oleh agennya di sana. Sang agen berbohong dengan mengatakan KBRI di Suriah tutup dan tidak ada penerbangan ke Indonesia.

Selama 2,2 tahun bekerja pada majikan barunya ini, sri mengaku digaji dengan baik. Tugasnya hanyalah menjaga si majikan yang telah berusia lanjut dan tinggal seorang diri setelah anak-anaknya pergi keluar meninggalkan Raqqa.

Sri yang sebelumnya telah bekerja 20 tahun sebagai TKI di Arab Saudi ini menuturkan bahwa ia selalu mengenakan pakaian tertutup dan cadar berwarna hitam jika hendak pergi keluar rumah atau sekedar membersihkan halaman depan rumah, hal ini ia lakukan agar pasukan ISIS tidak mengetahui dirinya berasal dari Indonesia. Jika dilihat dari bahasa dan logat yang digunakan, Sri yakin pasukan ISIS yang ia temui selama ini berasal dari Tunisia, Arab Saudi, India dan beberapa orang kulit putih, tidak ada orang Indonesia.

Sri Rahayu mengatakan kondisi Raqqa kini semakin memburuk, sejak kota itu dikuasi oleh ISIS, kebutuhan pokok semakin sulit didapat. Ia bahkan pernah mengantri hingga menginap di pabrik roti hanya untuk mendapatkan sedikit roti.

Kini Sri telah berada di penampungan KBRI di Suriah dan menunggu kepulangannya ke Indonesia. Pihak KBRI sendiri telah melakukan screening berkali-kali kepada Sri untuk memastikan bahwa perempuan asal Sumbawa ini tidak memiliki kaitan apapun dengan kelompok teroris ISIS. Sri mengaku sangat membenci ISIS, ia menyaksikan sendiri bagaimana kelompok itu menebar kehancuran di Raqqa.

Sri beserta puluhan TKI lainnya kini mulai dapat tersenyum kembali, kepulangan mereka ke Indonesia telah diurus, gumpalan rindu kepada keluarga besar di kampung halaman pun telah siap dimuntahkan. Selamat datang kembali, Sri!