Sosialisasi Sekolah Damai BNPT, SMAN 1 Palu Sebagai Pijot Project

Palu – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia
(BNPT RI) melakukan sosialisasi Sekolah Damai di SMAN 1 Palu, Sulawesi
Tengah (Sulteng), Kamis (23/11/2023). Sehari sebelumnya, di tempat
yang sama telah digelar “Pelatihan Guru Dalam Rangka Pencegahan
Radikal Terorisme di Satuan Pendidikan” yang diikuti kurang lebih 150
guru.

Sosialisasi Sekolah Damai ini menghadirkan tiga narasumber yaitu
Redpel Pusat Media Damai (PMD) BNPT RI Abdul Malik MA, mantan teroris
MIT Ustaz Imron, dan komika Ical Kate. Sebanyak 200 murid-murid SMA,
SMK, MAN, hadir dalam kegiatan ini.

Redpel PMD BNPT Abdul Malik mengawali materinya tentang toleransi.
Menurutnya, toleransi bukan hanya mengakui teman beda agama, orang
beda agmaa, atau meghargai perbedaan, tapi toleransi juga mengaku
hak-hak sosial politik berbeda orang lain.

“Kalau  kalian bisa jadi pemimpin yang lain juga bisa. Jangan pernah
menghalangai hak sosial politik seseorang,” katanya.

Ia mengungkapkan, saat ini bangsa Indonesia menghadapi tantangan
kebangsaan berupa Intoleransi, radikalisme terorisme, korupsi,
separatism, konflik SARA, narkoba, dan hoaks. Dari tantangan itu,
radikalisme terorisme, narkoba, dan korupsi adalah ekstra ordinary
crime

“Saya tekankan pelaku korupsi sadar melakukan kegiatna salah. Narkoba
ketika memakai dia sadar melakukan. Tapi pelaku teror melakukan
kekerasan menganggap tindakannya benar,” tuturnya.

Ia menjelaskan bahwa terorisme tidak terjadi tiba-tiba. Dan itu
diawali dari tingkatan tiga dosa besar dunia pendidikan yaitu
intoleransi. Dari intoleransi seseorang akan menjadi radikal yang
ujung-ujungnya akan melakukan aksi terorisme.

Untuk itu, ia meminta para pelajar SMA untuk benar-benar mengetahui
ruang-ruang yang bisa dimanfaatkan kelompok teroris untuk menyebarkan
pahamnya. Apalagi anak muda sangat mudah terpapar.

“Kenapa anak muda mudah terpapar? Pertama, krisis identitas seperti
yang tengah mencari identitas, biasanya teroris masuk disitu. Kedua
orang galau itu biasanya rentan, kemudian korban bullying,” ungkapnya.

Selain itu, kata Malik, seseorang yang merasa ingin memperbaiki
keadaa,  ingin gagah, dan terakhir karena simpati di media sosial. Ia
menambahkan bahwa pelaku teror di Indonesia didominasi anak-anak SMA
dan lulusan SMA hampir 63 persen, 55 persen do univertitas, 16 persen
mahasiswa.

“Artinya kalian ini target dan ssaran empuk terorisme,” tukasnya.

Ia menguraikan pola rekrutmen terorisme di lingkungan pendidikan
melalui kegiatan organisasi dengan mentor dari luar dan alumni tanpa
sepengetahuan guru. Karena sekolah harus punya kebijakan untuk
memfilter kegiatan-kegiatan seperti diatas dan semua kegiatan di
sekolah harus sepengetahuan pihak sekolah.

Intinya, tegas Malik, siswa SMA harus punya pertahanan diri bahwa
perbedaan itu keniscayaan dan kekerasan sesuatu yang tidak mungkin
menang. Ajaran agama manapun kekerasan pasti dilarang. Laporkan pada
orang tua, dan konsultasikan dengan tokoh agama dan guru.

“Jadilah pelajar cinta damai. Caranya dukung kegiatan perdamaian,
terlibat aktif jaringan perdamaian, dan bikin konten perdamaian,”
tandasnya.

Kegiatan itu juga diisi testimoni mantan teroris Ustaz Imron. Ia
berbagai pengalaman mulai awal terpapar terorisme sampai kemudian tiga
kali keluar masuk penjara. Ia kemudian mulai sadar tentang
kesalahannya saat mendekam di penjara high risk di Nusakambangan.

“Dari situlah saya mulai instropeksi diri dan salat istikharah.
Jawaban saya dapat dan akhirnya saya kembali ke NKRI,” ungkapnya.

Untuk itu ia menyarankan para pelajar agar belajar dari pengalamannya
itu. Ia menilai pengalamannya itu tidak ada manfaatnya buat dirinya,
negara, dan agama.

“Lebih banyak mudaratnya. Perlu kita disini berhati-hati dalam memilih
teman. Itu intinya teman dan  lingkungan, saya awalnya terpengaruh
dari lingkungan,” ungkapnya.

Sementara Komica Ical Kate menghibur para peserta dengan guyonan
tentang bullying. Ia bercerita tentang pengalamannya mendapat buli
saat masuk SMP dan saat bersekolah di SMAN 1 Palu.

Kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat Sekolah Damai kepada
SMAN 1 Palu. Sertifikat itu diserahkan Kasubdit Kontra Propaganda BNPT
RI Kolonel Sus Drs. H. Solihuddin Nasution, MSi, kepada Kepala Sekolah
SMAN 1 Palu Drs Dahlan Mohamad Saleh, SPd, MSi.

Rangkaian acara ditutup dengan dengan pengucapan ikrar damai yang
diucapkan seluruh peserta kegiatan dengan dipandu anggota Duta Damai
Dunia Maya BNPT Regional Sulteng.