Denpasar – Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Ditjen IKP Kominfo) menggelar acara sosialisasi program Harmoni Indonesia guna mencegah penyebaran berita hoax dan paham radikalisme di Hotel Grand Santhi, Denpasar Bali, Sabtu (29/9) malam.
Kegiatan sosialisasi dengan tema “Gotong Royong Menghadapi Hoax dan Radikalisme di Era Digital” tersebut dikemas dengan gelaran pentas seni budaya bekerja sama dengan Penggerak Budaya Nusantara. Selain pentas budaya, juga diadakan dialog yang menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai elemen.
Tenaga Ahli Ditjen IKP Kominfo, Hendrasmo mengatakan, untuk menangkal penyebaran berita hoax, diperlukan kerjasama secara gotong royong dari semua elemen masyarakat. Sebab, lanjutnya, penyebaran berita hoax berpotensi menimbulkan paham radikalisme dan perpecahan di tengah masyarakat. Terlebih sasarannya adalah kaum milenial yang notabene pengguna medsos paling aktif.
“Karena itulah kami berkewajiban melakukan sosialisasi antiberita hoax dan paham radikalisme kepada generasi milenial. Agar terlihat menarik kami buat kemasannya dengan pementasan budaya,” kata Hendrasmo.
Dilanjutkannya, pemilihan pentas budaya sebagai sarana sosialisasi Harmoni Indonesia di Bali karena provinsi tersebut sangat terkenal seni dan budayanya. Penyampaian pesan melalui pentas seni dan budaya di Bali dianggap lebih muda diterima generasi muda milenial di sana.
“Tentu kami berharap melalui sosialisasi ini generasi milenial di Bali bisa sharing dan mampu memfilter mana berita yang benar dan mana berita yang hoax, sehingga mereka tidak terjerumus paham radikalisme,” Hendrasmo berharap.
Hal senada juga diungkap Pembina Penggerak Budaya Nusantara, KH Ahmad Sugong Utomo. Dikatakan, kegiatan Harmoni Indonesia melalui pentas seni dan budaya telah dilakukan di 12 titik kota di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut ia juga berharap melalui kegiatan ini Bangsa Indonesia bisa lebih dewasa dalam memahami arti bernegara dengan tetap berpegangan pada empat konsensus kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Selain itu, terus Ahmad Sugong, ia juga berharap di era digital seperti saat ini, masyarakat Indonesia bisa lebih bijak menggunakan medsos.
“Jika bisa bijak menggunakan medsos, kita tak mudah diombang-ambing dan digiring oleh informasi yang berpotensi membuat bangsa yang damai dan sejuk ini terpecah belah hanya karena sebuah kepentingan politik semata,” tandasnya.
Pada kegiatan sosialisasi ini juga dilakukan acara Doa Untuk Negeri Menuju Indonesia Harmoni serta Deklarasi Anti Hoax, Radikalisme, Premanisme dan Terorisme. Acara yang dipimpin Direskrimsus Polda Bali, Kombes Pol Anom Wibowo ini diikuti para tokoh agama dan budaya, serta perwakilan siswa dan mahasiswa seluruh Bali.