Jakarta – Petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang mana di di Lapasnya terdapat narapidana kasus terorisme (napiter) harus memiliki data awal mengenai kondisi dari napiter tersebut. Hal ini diperlukan agar petugas Lapas tidak kerepotan dalam melakukan pembinaan terhadap napiter yang ditanganinya.
Hal tersebut dikatakan mantan pelaku tidak piana terorisme, Sofyan Tsaurui usai menjadi narasumber dalam acara Rapar Koordinasi (Rakor) Pengolahan Data Identifikasi dan Persiapan Rehabilitasi Narapidana Tindak Pidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara tahun 2018 di Jakarta, Kamis (17/5/2018).
Acara rakor tersebut digelar oleh Subdit Bina Dalam Pemasyarakatan, Direktorat Deradikalisasi, Kedeputian I Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terhadap para Kepala Lapas/Rutan, pamong Lapas yang mana di Lapasnya terdapat napiter dan perwakilan dari Direktorat Hjenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS).
“Tadi kita dengar mereka kurang dan tidak mengetahui tentang profiling, tidak punya assesment tentang tahanan terorisme yang akan ditahan di Lapasnya. Seeperti apa dia, bahaya seperti apa, ideologinya seperti apa, itu meraka rata-rata nggak punya,” ujar Sofyan Tsauri.
Sofyan Tsauri mengatakan profiling napiter ini sangat penting dalam rangka pembinan napiter tersebut selama di dalam Lapas. Karena jika profiling napiter tersebut sudah didapat dari awal maka akam memudahkan petugas Lapas dalam memlakukan pembinaan terhadap napiter tersebut
”Ke depan besok ketika penyidikan awal kita sudah punya, BNPT punya, Lapas punya sehingga kita
bisa tahu dari mana kita masuk, formula atau program apa yang mau kita berikan terhadap napiter tersebut Sampai kita mengetahui tentang keluarganya, kalau perlu kita tahu selingkuhannya, kita tahu dia bagaimana dan sebgainya, ini penting sekali.,” ujarnya:.
Dikatakan pria yang pernah didakwa karena memasok dan menjual senjata api ilegal kepada kelopok yang sedang menjalani pelatihan ala militer di Jantho, Aceh ini mengatakan, di luar negeri untuk meng-assesment orang, membuat proferlng orang itu sangat detail sekali. Dan untuk mendapatkan data-data napiter tersebut tentunya juga harus ulet
“Kalau nggak bisa dari orangnya langsung kita bisa masuk dari keluarganya, kita bisa tahu dia punya problem apa. Misalnya seperti banyak hutang. Kalau sudah tahu masalahnay seperti itu, maka coba kita sentuh itu, puya hutang berapa. Kita datang hadir di situ untuk sentuh hatinya. Itu yang maksudnya penting kebutuhan profiling dan dan assesment tentang orang itu,” ujarnya
Dari kacamata dirinya mengenai bagaimana dirimya dapat memyentuh hati para napiter yang masih menjalani masa hukuman yakni sering berkomunikasi secara intensif dan memberikan pemahaman dan pendekatan psikologis yang baik.
“Saya biasanya menemui langsung merek di tahanan, mereka sering konsultasi tanya dan sebagainya. Saya selalu share tulisan-tulisan yang bisa menurunkan kadar radikalisme mereka,” ujar mantan anggota polisi ini mengakhiri.