Siswa SMA di Jabar Mendapatkan Pembekalan Cegah Radikalisme & Terorisme

Bandung – Kepala Bakesbangpol Jabar memberikan pembekalan dalam rangka Pembukaan Tahun Ajaran 2021/2022 dan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) bagi Siswa Baru SMA, Kamis (15/7). Tema yang diangkat adalah “Pelajar jadi garda Terdepan Cegah Radikalisme dan Terorisme di Indonesia”.

Menurut Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jabar, Iip Hidayat, kalangan pelajar sebagai generasi muda kelompok intelektual, menjadi garda terdepan mempertahankan eksistensi bangsa dan negara dalam mencegah radikalisme dan terorisme di Indonesia.

“Peningkatan pemahaman ideologi Pancasila, wawasan kebangsaan dan kontra radikalisme kepada para pelajar SMA penting diberikan dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Iip, dikutip republika, Kamis (15/7).

Iip mengatakan, kalangan pelajar menjadi komponen bangsa yang sangat penting dalam mempertahankan NKRI berdasarkan Pancasila, menanamkan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan menjadi bagian integral sistem keamanan negara serta kesadaran bela negara.

“Pembekalan peningkatan pemahaman kepada pelajar ini dilakukan Badan Kesbangpol Jabar sebagai strategi untuk memperkuat sistem deteksi dini dan peringatan dini bagi seluruh komponen bangsa,” katanya.

Saat ini, kata dia, fenomena radikalisme dan terorisme di Indonesia harus disikapi sebagai wake up call untuk menyadarkan seluruh komponen bangsa termasuk pelajar untuk melakukan konsolidasi diri dengan memperkuat basis sistem deteksi dini dan peringatan dini. Karena, radikalisme dan terorisme terus memperkuat basis wilayah dan kaderisasi.

“Untuk itu lah pelajar juga perlu memahami regulasi/perundang-undangan/ikut serta dalam kontra radikalisasi,” kata Iip.

Iip menjelaskan, ada beberapa faktor yang memotivasi seseorang untuk bergabung dengan jaringan terorisme. Di antaranya, masyarakat yang dicemari oleh paham fundamentalisme ekstrim atau radikalisme keagamaan.

Faktor kultural, kata dia, yaitu pemahaman keagamaan yang dangkal danoenafsiran kitab suci yang sempit dan tekstualistik. Kemudian, faktor domestik akibat kemiskinan, ketidakadilan atau merasa kecewa dengan pemerintah. Ada juga, faktor Internasional ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan, dan imperialisme modern negara adidaya.