Jakarta – Sinergitas berbagai pihak mutlak diperlukan untuk mencegah paham radikalisme dan terorisme. Sinergitas sudah terbukti dapat mengalahkan segalanya.
“Semua harus paham dan konsen bahwa radikalisme dan terorisme adalah musuh bersama. Karena itu semua pihak terutama ulama dan umaro (pemimpin) harus merapatkan barisan untuk menanggulanginya,” kata Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Muluk, MSi kepada media di Jakarta, Rabu (3/8/2016).
Hanya saja, menurut Hamdi perlu ada sinkronisasi dan mengkoordinasikan jika ada tabrakan-tabrakan di lapangan. “Tabrakan itu bisa saja terjadi karena pendekatan yang dilakukan itu berbeda. Padahal tujuan kita sama yaitu mencegah paham radikal,” kata Prof Hamdi.
Menurutnya, disinilah perlu Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk dapat mengkoordinasikan dan mensinkronisasi semua perbedaan pendekatan itu. “BNPT punya kewenangan untuk mengkoordinasikan berbagai pendekatan dan cara beberapa stakeholder agar pencegahan terhadap bahaya radikalisme dapat mencapai sasaran yang diinginkan,” katanya.
Seperti diketahui, BNPT tengah memperkuat sinergitas dengan lembaga pemerintah terkait dan ormas seperti NU dan Muhammadiyah dalam melakukan penanggulangan terorisme di Indonesia. Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius sejak resmi dilantik Presiden Jokowi, 20 Juli lalu, langsung membuat gebrakan berupa penguatan sinergitas tersebut. Selain beberapa kementerian terkait, Komjen Suhardi Alius sudah bertemu dengan PBNU dan PP Muhammadiyah untuk membahas penguatan tersebut. Rabu (3/9/2016) kemarin, Kepala BNPT juga melakukan koordinasi dengan Komnas HAM.
Hal serupa diungkapkan staf pengajar Universitas Paramadina, Hendri Satrio. Menurutnya, sinergi itu menjadi salah satu kunci untuk memantapkan pencegahan terorisme di Indonesia.
“Kebersamaan dan sinergi sebagai bangsa adalah cara tepat mencegah radikalisme dan terorisme. Indonesia sendiri sudah punya pengalaman bahwa sinergitas dapat mengalahkan semuanya,” ujar Hendri Satrio.
Menurutnya apa yang ditunjukkan oleh ulama dan umaro untk mencegah radikalisme harus diapresiasi. Ia mencontohkan pengalaman sinergitas Indonesia itu semisal krisis-krisis yang menyerang nasionalisme kebangsaan. Di titik itu, semua pihak bersinergi melawan musuh .
”Begitu juga radikalisme adalah hal yang merongrong keutuhan bangsa. Karena itu kita harus bersatu dan bersinergi untuk melawannya. Pihak-pihak itu bisa ulama, umara, ormas-ormas kebangsaan dll,” kata Hendri.
Menurut Hendri, beberapa pihak semisal Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga dia lihat sudah berupaya melakukan pencegahan paham radikalisme ini.