Jakarta – Kunjungan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo ke Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) dan Pengurus Pusat Muhammadiyah mendapat penilaian positif dari banyak pihak. Pertemuan itu dinilai bisa memperkuat sinergi antara Polri dan ormas Islam untuk mencegah gerakan kelompok radikal.
Sehingga, upaya meningkatkan toleransi umat beragama dan mencegah gerakan kelompok radikal bisa semakin mudah,” kata Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi dalam keterangannya, seperti dikutip tribunnews, Selasa (2/2).
Islah mengatakan sejak dahulu NU dan Muhammadiyah selalu terdepan menyuarakan toleransi. Kedua organisasi itu dinilai sebuah titik simpul dan kunci dari toleransi dan gerakan anti-radikalisme. Islah menilai kunjungan Kapolri ke PBNU dan Muhammadiyah sangat tepat.
“Ini alasan mengapa Pak Kapolri menjadikan skala prioritas dua lembaga ini. Kalau Rabithah (Rabithah Alawiyah) karena memang dalam beberapa bulan terakhir ini isunya soal habaib segala macam itu,” ujar Islah.
Menurut Islah, NU dan Muhammadiyah merupakan kelompok yang lebih siap menghadapi moderasi agama. Sebab, keduanya juga siap melakukan alkulturasi dengan budaya lokal. Sedangkan, kelompok lain, seperti Salafi Wahabi tidak menginginkan adanya alkulturasi.
“Mereka menganggap bid’ah ini. Yang paling repot memang ketika berhadapan dengan moderasi,” ungkapnya.
Islah melanjutkan NU dan Muhammadiyah adalah lokomotif dari gerakan moderasi. Dia menilai rakyat Indonesia tidak bisa meninggalkan dua organisasi Islam tersebut.
“Makanya Pak Kapolri sendiri mengunjungi dua organisasi ini lebih awal karena memang itu motornya mereka,” ucap Islah.
Islah yakin NU dan Muhammadiyah bisa menarik kelompok kanan menjadi ke tengah. Seperti, Front Pembela Islam (FPI) yang dianggap berada di kelompok kanan. Kelompok tengah itu rata-rata adalah ulama-ulama NU.
Dia menilai upaya pencegahan perkembangan radikalisme di Indonesia cukup baik. Sinergi Polri dan TNI cukup besar dalam upaya tersebut.
Kementerian dan lembaga negara juga telah memiliki kanal pencegahan radikalisme dan ekstremisme berbasis kekerasan. Kolaborasi Polri dengan NU dan Muhammadiyah dinilai akan memperkuat upaya tersebut.