satukan nkri

Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI Untuk Kemajuan Penanggulangan Terorisme

Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membuat terobosan brilian untuk lebih memajukan program penanggulangan terorisme di masa mendatang. Program itu dibalut dalam sebuah kegiatan bertajuk “Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI” yang menghadirkan para mantan napi terorisme dengan korban terorisme (penyintas).

Direktur Deradikalisasi BNPT Prof. Dr. Irfan Idris MA berharap, melalui silaturahmi ini, semua pihak yang terlibat dapat membangun komunikasi dengan pemerintah dan menyampaikan masukan-masukan berharga untuk kemajuan penanggulan terorisme di masa mendatang. Menurutnya, sinergitas dan komitmen bersama itu sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan strategi-strategi yang telah ada.

“Semoga dengan silaturahmi bisa terjalin komunikasi yang bermuara pada tahap merekatkan kemajemukan bangsa Indonesia di tengah-tengah isu radikalisme yang terus mengancam keutuhan NKRI,” kata Irfan Idris saat memberikan laporan pada acara pembukaan “Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI” di Jakarta, Senin (26/2/2018).

Selain itu, lanjut Irfan, paska acara ini, bisa menghasilkan penguatan komitmen diantara Kementerian dan Lembaga (K/L) yang terlibat untuk memberikan kontribusi positif bagi mantan napi terorisme dan korban terorisme.

“Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI” dibuka secara resmi oleh Sestama BNPT Mayjen TNI Gautama Wiranegara, SH, didampingi Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Brigjen Pol Drs. Budiono Sandi, Mhum, Inspektur BNPT DR. Amrizal, MM, Kepala Biro Perencanaan Bangbang Surono, AkMM, Karoum BNPT Brigjen TNI Dadang Hendrayudha, dan segenap pejabat eselon dua, tiga dan empat BNPT.

Acara akan dilaksanakan selama tiga hari. Sebanyak 124 orang mantan teroris dan 51 orang korban mengikuti kegiatan ini, ditambah 26 orang pendamping. Para mantan teroris yang hadir berasal dari Jabar, Jatim, Jateng, NTB, Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, Aceh, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, sementara para penyintas dari korban bom Bali, Kedubes Australia, Hotel JW Marriot, Solo, dan lain-lain.