Papua – Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua Toni Wanggai mengatakan bahwa sikap toleransi dan harmonisasi dalam menjalankan tradisi beragama telah menjadi filosofi kehidupan orang Papua.
“Adat dan agama tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi sehingga telah menjadi kekayaan utama,” kata Toni dalam webinar Tradisi Ramadhan di Papua: Memperkuat Toleransi dan Harmonisasi pada Rabu (3/4).
Toni mengatakan bahwa keberadaan keberagaman agama dan kepercayaan tradisional selalu ditandai dengan sikap toleransi, saling menghormati, dan menghargai keyakinan satu sama lain.
“Masyarakat Papua berhasil menyeimbangkan nilai-nilai adat mereka dengan keyakinan agama mereka, sementara yang lain mungkin memilih untuk memprioritaskan salah satu di atas yang lain,” kata dia.
Diungkapkan pula bahwa nilai Papua sebagai tanah damai telah dibuktikan dengan adanya deklarasi dari seluruh tokoh di Papua. Atas dasar deklarasi itu, pada tanggal 5 Februari diperingati hari seluruh agama-agama.
Deklarasi itu terbuktikan dengan warga yang hidup berdampingan dalam damai dan harmoni karena menerapkan sikap toleransi dan saling menghormati.
“Inilah kenapa kerusuhan di daerah lain tidak merembet ke Papua karena menunjukkan komitmen orang Papua untuk menjaga kedamaian dan menebarkan kasih sayang,” ujarnya.
Sementara itu, tokoh pemuda Papua Jan Cristhian Arebo mengatakan bahwa pemuda Papua juga memiliki peran aktif dalam menjaga kerukunan antarumat beragama di Papua.
Pemuda bersama pemimpin agama, lanjut dia, sering kali menjadi agen perubahan dalam mempromosikan dialog, toleransi, dan penghargaan terhadap keragaman agama, sehingga dapat membangun jembatan antarkelompok agama dan memperkuat ikatan sosial yang positif.
Ia menilai ikatan yang erat antarkelompok agama dapat menjadi alat untuk makin merekatkan masyarakat demi persatuan bangsa.
“Kerukunan antarumat beragama di Papua menjadi alat untuk mempererat persatuan bangsa dalam bingkai NKRI,” pungkasnya.(