Jakarta – Belakangan ini, sejumlah aksi terorisme yang terjadi, seperti bom Sarinah tahun 2016 hingga bom bunuh diri gereja di Surabaya tahun 2018, lebih sering dikatikan dengan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS, yakni Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Meski begitu, peneliti Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones mengatakan pemerintah harus terus waspada dengan Jamaah Islamiyah (JI), yang disebutnya memiliki visi jangka panjang untuk mendirikan sebuah negara Islam.
Kelompok itu, kata Sidney, juga berupaya merekrut anggota-anggota yang terampil dengan sistem yang strategis, yang berbeda dengan sistem ISIS.
“Perekrutan JI jauh lebih rumit dan strategis dari pada ISIS. ISIS bisa hanya ‘ambil’ orang dari jalan atau dari grup internet tanpa tahu latar belakangnya bagaimana, pengetahuannya apa,” ujar Sidney dikutip dari laman BBC Indonesia, Rabu (30/12/2020).
“Kalau JI menjamin siapa saja yang jadi anggota harus pengetahuan (agamanya) tinggi dan mendalam,” imbuh Sidney.
Proses seleksi anggota di Pondok Pesantren (Ponpes), kata Sidney, bahkan bisa melewati empat hingga lima tahap. Alhasil, anggota JI pun lebih terampil dan berpengetahuan dibandingkan dengan anggota ISIS.
Merujuk data itu, Sidney mencatat peningkatan jumlah simpatisan JI, yang pada puncak kejayaannya di tahun 2001 berjumlah sekitar 2.000 hingga 2.500 orang. Sidney meminta pemerintah berwaspada dengan kelompok JI, tanpa mengesampingkan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS.
“Saya kira perlu waspada terhadap JI, tentu saja, karena mereka tetap ingin gulingkan pemerintah Indonesia dan ganti dengan satu negara Islam. Kemungkinan besar kelompok sempalan generasi baru bisa muncul lagi.
“Tidak berarti pemimpin JI akan mengganti strateginya dalam waktu dekat. Yang jadi pertanyaan apa kelompok generasi mudanya akan bersabar menunggu bertahun-tahun lagi, padahal mereka sekarang ini punya keterampilan baru dan mereka pasti ingin menerapkan,” kata Sidney.
Sementara itu, terkait jumlah anggota kelompok yang berafiliasi pada ISIS, Sidney mengatakan dia tidak mempunyai datanya karena organisasi itu tak terstruktur seperti JI.