Shalawat NKRI’ Menggema di Aula Kodam IV/Diponegoro Awali Dialog Pencegahan Terorisme

Semarang – Lantunan ayat-ayat suci Alquran diiringi sahut-sahutan rempak rebana yang terangkum dalam ‘Shalawat NKRI’  menggema di Aula Nusantara, Kodam IV/Diponegoro, Jawa Tengah, Kamis (28/4/2016). Penampilan rampak rebana dari Ansor Kabupaten Batang dengan ‘Salawat NKRI’ itu menjadi pembuka rangkaian kegiatan Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme dan ISIS di Kalangan Pemuda Ansor se-Jawa Tengah.

“Indonesia tanah air kami, Indonesia kebanggan kami, merah putih bendera kami, NKRI harga mati,” suara itu bertalu-talu diiringi sambutan spontan dari ratusan peserta diskusi dari Ansor dan unsur TNI dan Polri.

‘Shalawat NKRI’ ini sekaligus menegaskan dari misi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam menjalankan amanah untuk terus memperkuat rasa cinta air dan bangsa demi utuhnya NKRI tercita. ‘Salawan NKRI’ ini juga semakin merekatkan sinergi antara pemerintah (BNPT) dengan berbagai unsur bangsa, khususnya warga NU, lebih khusus lagi GP Ansor dalam mencegah dan msengantisipasi propaganda paham radikal terorisme dan ISIS.

‘Shalawat NKRI’ sekaligus menegaskan kembali jati dirinya sebagai bangsa yang rukun dan harmonis. Indonesia yang dikenal juga sebagai Nusantara merupakan sebuah bangsa yang berisi aneka ragam kebudayaan dan etnis. Meskipun bangsa ini tersebar dan mendiami ribuan gugusan pulau, namun kebudayaan Nusantara memiliki satu benang merah yaitu religi, toleransi, dan harmoni.

Atas dasar itu, bagi bangsa Indonesia bukan sebuah hal baru apalagi sebuah kesulitan untuk terus berpegang pada ajaran moral harmoni dalam kehidupan. Rasa damai dan tenteram telah tertanam jauh dalam alam bawah sadar bangsa. Kesadaran itu pulalah yang menjadi tameng andalan untuk mengatasi ragam persoalan yang merusak persatuan nasional kebangsaan. Siapapun dan dari kalangan apapun yang ingin coba-coba ganggu kedamaian Indonesia, pasti akan berhadapan dengan seluruh rakyat.

Demikian pula dengan terorisme yang selalu menjadi momok menyeramkan bagi keamanan nasional. Masalah ini akan diselesaikan langsung oleh masyarakat Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan rangkaian kegiatan kebudayaan untuk saling menyadarkan soal identitas kebangsaan. Tentu saja bangsa ini tak mau rusak diganggu oleh kebudayaan impor yang justru menimbulkan kekacauan nasional.

Dialog Pencegahan Paham Radikal Terorisme di Kalangan Pemuda Ansor se-Jawa Tengah ini diikuti 700 anggota Ansor dan 300 unsur TNI dan Polri. Kegiatan ini menghadirkan narasumber Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir, Direktur Pencegahan Brigjen Pol. Drs. Hamidin, Ketua GP Ansor H. Yaqut Cholil Qoumas, dan mantan teroris, Ali Fauzi dan Machmudi Hariono alias Abu Amallet.