Boyolali – Setiap warga negara harus rela berkorban untuk bangsa dan
negara. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan bersedia mengorbankan
waktu, tenaga dan pikiran demi kemajuan bangsa dan negara. Selain itu
siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman dan
berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara
termasuk gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan.
Hal itu disampaikan Anggota DPR/MPR RI Abdul Kharis Almasyhari saat
menggelar Sosialisasi 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di
Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali, Selasa (18/6/2024). Kegiatan itu,
dihadiri oleh ratusan kader penggerak Dapil 3 Boyolali yang meliputi
kecamatan Karanggede, Wonosegoro, Juwangi, Kemusu, dan Wonosamodro.
Kharis menjelaskan, sengaja mengambil fokus tema tentang semangat
berkorban karena digelar ketika ummt Islam sedang dalam suasana
merayakan hari besar Islam yaitu Hari Raya Idul Adha yang juga disebut
hari raya Kurban.
”Hal penting dari Hari Raya Idul Adha atau Idul Kurban bagi umat Islam
yaitu untuk selalu berupaya menghayati dan mengaktualisasikan makna
esensi dan pesan-pesan luhur ibadah kurban dalam Islam,” ujar Kharis.
“Baik sebagai hamba Allah maupun sebagai Khalifatullah, baik sebagai
umat Islam maupun sebagai warga bangsa untuk selalu menghadirkan
kemaslahatan dan kesejahteraan bagi sesama,” sambung Kharis.
Lebih jauh Kharis menambahkan, ketika Allah mengganti pengorbanan Nabi
Ismail dengan seekor domba, itu mengandung pelajaran bahwa Allah SWT
sangat sayang dan menjunjung tinggi harkat, martabat dan jiwa manusia.
Sehingga Allah sama sekali tidak memperkenankan manusia dijadikan
kurban untuk kepentingan apapun yang pada akhirnya mengakibatkan
tercucurnya darah atau lenyapnya nyawa manusia.
”Itulah sebabnya mengapa Indonesia dan seluruh anak bangsa berdiri di
garis depan membela bangsa Palestina ketika menghadapi penindasan
Israel seperti saat ini,” imbuhnya.
Kharis juga mengajak kepada semua peserta untuk senantiasa
mengembangkan sikap peduli kepada sesama.
”Apabila kita memiliki kenikmatan, hendaknya berbagi kenikmatan itu
kepada yang membutuhkan. Apabila ada orang lain menderita, kita
membantu untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi
penderitaannya,” ujar Kharis.
“Bila ada saudara kita sakit, hendaknya kita turut mengobati dan
berempati kepadanya. Bila ibadah puasa kita menikmati merasakan lapar
serta dahaga itu sebagaimana orang-orang miskin sering merasakannya.
Itulah cerminan pribadi yang mengamalkan Pancasila,” tandas Kharis.